BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Budaya
merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social. Budaya mempunyai
peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam
masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola piker masyarakat
tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang dilakukan
oleh suatu individu maupun masyarakat, pola berpikir mereka, kepercayaan, dan
ideology yang mereka anut.
Tentu
saja pada kenyataannya budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya
berbeda, terlepas dari perbedaan karakter masing-masing kelompok masyarakat
ataupun kebiasaan mereka. Realitas yang multi budaya ini dapat kita jumpai di
negara-negara dengan komposisi penduduk yang terdiri dari berbagai etnis,
seperti Indonesia, Uni Soviet (sekarang, Rusia), Yugoslavia (sekarang terpecah
menjadi beberapa Negara) dan lain-lainnya. Kondisi Negara dengan komposisi
multi budaya rentan terhadap konflik dan kesenjangan sosial.
Memang
banyak factor yang menyebabkan terjadinya berbagai konflik tersebut, akan tetapi
sebagai salah satu unsur dasar dalam kehidupan social, budaya mempunyai peranan
besar dalam memicu konflik.
Berbicara
budaya adalah berbicara pada ranah sosial dan sekaligus ranah individual. Pada
ranah sosial karena budaya lahir ketika manusia bertemu dengan manusia lainnya
dan membangun kehidupan bersama yang lebih dari sekedar pertemuan-pertemuan
insidental. Dari kehidupan bersama tersebut diadakanlah aturan-aturan,
nilai-nilai kebiasaan-kebiasaan hingga kadang sampai pada
kepercayaan-kepercayaan transedental yang semuanya berpengaruh sekaligus
menjadi kerangka perilaku dari individu-individu yang masuk dalam kehidupan
bersama. Semua tata nilai, perilaku, dan kepercayaan yang dimiliki sekelompok
individu itulah yang disebut budaya.
Pada
ranah individual adalah budaya diawali ketika individu-individu bertemu untuk
membangun kehidupan bersama dimana individu-individu tersebut memiliki keunikan
masing-masing dan saling memberi pengaruh. Ketika budaya sudah terbentuk,
setiap individu merupakan agen-agen budaya yang memberi keunikan, membawa
perubahan, sekaligus penyebar. Individu-individu membawa budayanya pada setiap
tempat dan situasi kehidupannya sekaligus mengamati dan belajar budaya lain
dari individu-individu lain yang berinteraksi dengannya. Dari sini terlihat
bahwa budaya sangat mempengaruhi perilaku individu.
Budaya
telah menjadi perluasan topik ilmu psikologi di mana mekanisme berpikir dan
bertindak pada suatu masyarakat kemudian dipelajari dan diperbandingkan
terhadap masyarakat lainnya. Psikologi budaya mencoba mempelajari bagaimana
faktor budaya dan etnis mempengaruhi perilaku manusia. Di dalam kajiannya,
terdapat pula paparan mengenai kepribadian individu yang dipandang sebagai
hasil bentukan sistem sosial yang di dalamnya tercakup budaya. Adapun kajian
lintas budaya merupakan pendekatan yang digunakan oleh ilmuan sosial dalam
mengevaluasi budaya-budaya yang berbeda dalam dimensi tertentu dari kebudayaan.
1.2 Rumusan Masalah
Apa hubungan
antara Budaya dan Perilaku ?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk
Mengetahui bahwa Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia.
Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki
peran sebagai :
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia
atau kelompoknya
2. Wadah untuk menyalurkan
perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan
penghidupan manusia
4. Pembeda manusia dan binatang
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana
manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
6. Pengatur agar manusia dapat mengerti
bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan
dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Budaya dan Kebudayaan
2.1.1 Pengertian
Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak
terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya
diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Beberapa alasan mengapa orang
mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
2.1.2 Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural- Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan
serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
a. Unsur- unsur Kebudayaan
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan
memiliki 4 unsur pokok :
1. alat-alat teknologi
2. sistem ekonomi
3. keluarga
4. kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada
4 unsur pokok yang meliputi :
1. sistem norma sosial yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan alam sekelilingnya
2. organisasi ekonomi
3. alat-alat dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4. organisasi kekuatan (politik)
Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama:
a. Kebudayaan material
Kebudayaan
material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
2.2 Pengertian Perilaku
Perilaku
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut
Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini
disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat
dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang
lain.
Menurut Lowrence Green, perilaku ditentukan atau terbentuk
dari tiga faktor :
1. Faktor predisposisi ( predis posing
factors )yang terwujud dalam pengetahuan, sikap kepercayaan, keyakinan, nilai –
nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendukung ( enabling factors
) yang terwujud dalam linkungan fisik, tersedia atau tidak tersedia sarana.
3. Faktor pendorong ( reinforcement
factors ) yang terwujud dalam sikap dan perilaku, kebijakan dan lain – lain.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah
hasil dari seseorang setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap
obyek tertentu dan pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk perilaku seseorang.
2.3 Hubungan Antara Kebudayaan dan Perilaku
Antara
manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan
kebudayaan.
Hampir
semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya
naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian
prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan
dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses
internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Selanjutnya hubungan antara
manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut
terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan
yaitu sebagai :
1.
penganut
kebudayaan,
2.
pembawa
kebudayaan,
3.
manipulator kebudayaan
4.
pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan
manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian.
Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi
kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.
Hal yang dilakukan oleh manusia
inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan
masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu
sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Ø Manusia Sebagai Pencipta Dan
Pengguna Kebudayaan
Budaya tercipta atau terwujud
merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di
alam raya ini. Manusia di ciptakan oleh tuhan dengan dibekali oleh akal pikiran
sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi
khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal,
intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan
semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan
kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan
adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan.
Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia
dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang
sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya.
Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai:
1.
Suatu
hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya
2.
Wadah
untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3.
Sebagai
pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4.
Pembeda
manusia dan binatang
a.
Petunjuk-petunjuk
tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
b.
Pengatur
agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan
menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
5.
Sebagai
modal dasar pembangunan.
Ø Proses Dan Perkembangan Kebudayaan
Kebudayaan
adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami
perubahan dan perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia itu.
Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia itu sendiri, karena
kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Kebudayaan yang dimiliki suatu
kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok-kelompok
lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau melaui proses difusi.
Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana
kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntunan yang
dihadapinya.
Pengadopsian suatu kebudayaan tidak
terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisik. Misalnya iklim topografi
sumber daya alam dan sejenisnya. Dari waktu ke waktu, kebudayaan berkembang
seiring dengan majunya teknologi (dalamhal ini adalah sistem telekomunikasi)
yang sangat berperan dalam kehiduapan setiap manusia.
Perkembangan zaman mendorong
terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Mau
tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser. Suatu
kelompok dalam kelompok sosialbisa saja menginginkan adanya perubahan dalam
kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman
yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala
disalah artikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan.
Hal yang terpenting dalam proses
pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap
prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayaan.
Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sengat bertolak belakang dengan
budaya yang dianut didalam kelompok sosial yang ada di masyarakat. Sekali lagi
yang diperlukan adalah kontrol / kendali sosial yang ada di masyarakat sehingga
dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.
Ø
Perubahan
Kebudayaan
Sebagaimana yang telah kita ketahui
bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) sesuai dengan perkembangan
manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada kebudayaan yang bersifat statis.
Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan. Adalima penyebab terjadi
perubahan kebudayaan yaitu:
1.
Perubahan
lingkungan alam
2.
Perubahan
yang disebabkan adanya kontak dengan kelompok lain
3.
Perubahan
karena adanya penemuan (discovery)
4.
Perubahan
yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen
kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain ditempat lain.
5.
Perubahan
yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan
mengadopsisuatu pengetahuan atau kepercayaan baru atau karena perubahan dalam
pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
Uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa manusia sebagai pencipta dan pengguna
kebudayaan akan terus berhadapan dengan problematika kebudayaan. Salah satu
yang harus diperhatikan yaitu bagaimana kita menyikapi perubahan dan
perkembangan kebudayaan. Kebudayaan akan terus mengalami perubahan selama
manusia hidup dimuka bumi ini karena kebudayaan bersifat dinamis. Dan yang
terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita menyikapi dan memilah milah
kebudayaan asing yang masuk dan mengintervensi kebudayaan asli yang kita kita
miliki.
3.2 Saran
Sebagaimana
yang telah kita ketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis)
sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh sebab itu tidak ada kebudayaan
yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan.
Oleh karena itu sebagai manusia dan masyarakat sudah kewajiban kita
melestarikan dan menjaga kelestarian budaya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins,
Stephen P. Prinsip – prinsip Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama, 2002
Ihromi,
T.O., Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1996.
Hersey,
Paul dan Kenneth H. Blanchard. 1995. Manajemen Perilaku Organisasi:
Pendayagunaan Sumber Daya Manusia. Terjemahan
Agus Dharma.Jakarta.
Erlangga