Rabu, 22 November 2017

METABOLISME VITAMIN LARUT AIR DAN LARUT LEMAK



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapatmelakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolism di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Gangguan kesehatan ini dikenal dengan istilah avitaminosis. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh.
Dalam penentuan apakah makanan itu mengandung vitamin apa tidak, diperlukan suatu pengujian agar dapat mengetahui kadar vitamin yang ada seperti vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6, B8, B9, B12, C, D, E, dan K. Dengan mengetahui kadar vitamin yang ada dalam bahan pangan, maka kita dapat mengetahui kadar vitamin yang diperlukan oleh tubuh kita agar tidak terjadi kekurangan vitamin yang dapat mengganggu kesehatan tubuh kita. Oleh karena itu dibuatlah makalah ini untuk mengetahui tentang metode analisis vitamin.






1.2.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana metabolisme vitamin larut lemak ?
2.      Bagaimana metabolisme vitamin larut air ?


1.3.       Tujuan
1.      Mengetahui metabolisme vitamin larut lemak.
2.      Mengetahui metabolisme vitamin larut air.






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Vitamin
Istilah vitamin pertama kali digunakan pada tahun 1912 oleh Cashimir Funk di Polandia. Dalam upaya menemukan zat di dalam dedak beras yang mampu menyembuhkan penyakit beri-beri, ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh kekurangan suatu zat di dalam makanan sehari-hari. Zat ini sangat dibutuhkan untuk hidup (vita) dan mengandung unsur nitrogen (amine), oleh sebab itu diberi nama vitamine. Penelitian selanjutnya membuktikan bahwa ada beberapa jenis vitamin yang ternyata tidak merupakan amine. Oleh sebab itu, istilah “vitamine” kemudian diubah menjadi vitamin (Almatsier, 2010).
            Berdasarkan kelarutannya, vitamin dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011):
Vitamin yang larut dalam air, meliputi vitamin B dan C. Menurut Kodicek (1971), vitamin yang larut dalam air disebut prakoenzim (procoenzym).Vitamin-vitamin ini dapat bergerak bebas dalam badan, darah, dan limfa. Karena sifat kelarutannya, vitamin yang larut dalamair mudah rusak dalam pengolahan dan mudah hilang atau terlarut bersama air selama pencucian bahan. Di dalam tubuh, vitamin ini disimpan dalam julah terbatas dan kelebihan vitamin akan dikeluarkan atau diekskresikan melalui urin. Oleh karena itu, untuk mempertahankan saturasi jaringan vitamin ini harus sering di konsumsi.
Vitamin yang larut dalam lemak, meliputi vitamin A, D, E, dan K. Golongan vitamin yang larut dalam lemak disebut alosterin. Setelah diserap dalam tubuh, vitamin akan disimpandalam jaringan-jaringan lemak, terutama hati. Karena sifatnya tidak larut dalam air, vitamin-vitamin demikian tidak dieksresikan. Akibatnya, didalam tubuh dapat disimpan dalam jumlah banyak, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas jauh lebih besar daripada vitamin yang larut dalam air.


2.2. Vitamin Larut Air
Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B kompleks dan C, tidak disimpan melainkan akan dikeluarkan oleh sistem pembuangan tubuh. Akibatnya, selalu dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap hari.
Proses metabolismenya:
Proses pencernaan makanan, baik didalam lambung maupun usus halus akan membantu melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati.
2.2.1. Vitamin B1 (Tiamin)
Tiamin tersusun dari pirimidin  tersubsitusi yang dihubungkan oleh jembatan metilen dengan tiazol tersubsitusi.
Bentuk aktif dari tiamin adalah tiamin difosfat, dimana reaksi konversi tiamin menjadi tiamin difosfat tergantung oleh enzim tiamin difosfotransferase dan ATP yang terdapat di dalam otak dan hati.Tiamin difosfat berfungsi sebagai koenzim dalam sejumlah reaksi enzimatik dengan mengalihkan unit aldehid yang telah diaktifkan yaitu pada reaksi :
1.  Dekarboksilasi  oksidatif  asam-asam  α   -  keto  (  misalnya αketoglutarat, piruvat, dan analog α - keto dari leusin isoleusin serta valin).
2.  Reaksi transketolase (misalnya dalam lintasan pentosa fosfat).
Semua reaksi ini dihambat pada defisiensi tiamin .Dalam setiap keadaan tiamin. Difosfat menghasilkan karbon reaktif pada tiazol yang membentuk karbanion, yang kemudian ditambahkan dengan bebas kepada gugus karbonil,misalnya piruvat.Senyawa   adisi kemudian mengalami dekarboksilasi dengan membebaskan CO2.Reaksi ini terjadi dalam suatu kompleks multienzim yang dikenal sebagai kompleks piruvat dehidrogenase.Dekarboksilasi oksidatif α  - ketoglutarat menjadi suksinil ko-A dan CO2 dikatalisis oleh suatu kompleks enzim yang strukturnya sangat serupa dengan struktur kompleks piruvat dehidrogenase.
Ø   Metabolisme vitamin B1:
Tiamin dari makanan setelah dicerna, diserap langsung oleh usus dan masuk kedalam saluran darah. Penyerapan maksimum terjadi pada konsumsi 2,5 – 5 mg tiamin per hari. Pada jumlah kecil, tiamin diserap melalui proses yang memerlukan energi dan bantuannatrium, sedangkan dalam jumlah besar, tiamin diserap secara difusi pasif. Kelebihan tiamindfikeluarkan lewat urine. Metabolit tiamin adalah 2-metil-4-amino-5-pirimidin dan asam 4-metil-tiazol-5-asetat.Tubuh manusia dewasa mampu menyimpan tiamin sekitar 30 -70 mg, dan sekitar 80%-nya terdapat sebagai TPP (tiamin pirofosfat). Separuh dari tiamin yang terdapat dalamtubuh terkonsentrasi di otot. Meskipun tiamin tidak disimpan di dalam tubuh, level normal didalam otot jantung, otak, hati, ginjal dan otot lurik meningkat dua kali lipat setelah terapitiamin dan segera menurun hingga setengahnya ketika asupan tiamin berkurang.
Ø   Fungsi Biokimia Thiamin (B1)
Thiamin pyrophospate adalah bentuk aktif dari thiamin yang bertindak sebagai suatu kofaktor untuk beberapa enzim yang terlibat dalam metabolisme energi. Enzim ini meliputi mitochondrial pyruvate dehydrogenase, a-ketoglutarate dehydrgenase kompleks, dan transketolase yang cytosolic yang mana semua mengambil bagian penting dalam metabolisme karbohidrat saat terjadi defisiensi thiamin. Pyruvate dehydrogenase kompleks adalah suatu enzim utama dalam siklus Krebs.
            Thiamin memainkan peran penting pada metabolisme selebral. Otak menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama. Glukosa memasuki otak dengan berdifusi melalui sawar darah-otak. Sekitar 30 % glukosa yang diserap oleh otak mengalami oksidasi kompleks melalui siklus Krebs. Enzim 3-thiamine-dependent yang sangat esensial untuk metabolisme glukosa serebral menggunakan thiamin pyrophospate sebagai kofaktor, dimana 80% dari total thiamin ada di jaringan saraf. Thiamin tersebut terdapat di sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Selain berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme, thiamin juga mempunyai fungsi struktural. Hal tersebut termasuk fungsi dan strukstur membran, yaitu axoplasmik, mitokondria, membran sinaptosomal, dan sisi membran yang sesuai.

2.2.2.      Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin terdiri atas sebuah cincin isoaloksazin   heterosiklik yang terikat dengan gula alcohol,ribitol.Jenis vitamin ini berupa pigmen fluoresen berwarnayang relatif stabilterhadap panas tetapi terurai dengan cahaya yang visible.
Bentuk  aktif  riboflavin  adalah  flavin  mononukleatida  (  FMN  )  dan  flavin adenin dinukleotida   ( FAD ).FMN dibentuk oleh reaksi fosforilasi riboflavin yang tergantung pada ATP sedangkan FAD disintesis oleh reaksi selanjutnya dengan ATP dimana bagian AMP dalam ATP dialihkan kepada FMN.
FMN dan FAD berfungsi sebagai gugus prostetik enzim oksidoreduktase,di mana  gugus  prostetiknya  terikat  erat  tetapi  nonkovalen  dengan apoproteinnya.Enzim-enzim   ini   dikenal   sebagai   flavoprotein   .Banyak   enzim flavoprotein mengandung  satu atau lebih unsur  metal seperti molibneum serta besi sebagai kofaktor esensial dan dikenal sebagai metaloflavoprotein.
Enzim-enzim flavoprotein tersebar luas dan diwakili oleh beberapa enzim oksidoreduktase yang penting dalam metabolisma mamalia,misalnya oksidase asam α  amino dalam reaksi deaminasi asam amino , santin oksidase dalam penguraian purin  ,aldehid  dehidrogenase,gliserol  3  fosfat  dehidrogenase  mitokondria  dalam proses   pengangkutan   sejumlah   ekuivalen   pereduksi   dari   sitosol   ke   dalam mitokondria,suksinat   dehidrogenase   dalam   siklus   asam   sitrat,   Asil   ko   A dehidrogenase, serta flavoprotein pengalih electron dalam oksidsi asam lemak  dan dihidrolipoil dehidrogenase dalam reaksi dekarboksilasi oksidatif piruvat serta α-ketoglutarat,    NADH    dehidrogenase    merupakan    komponen    utama    rantai respiratorik dalam  mitokondria. Semua  system  enzim  ini  akan  terganggu  pada defisiensi riboflavin.
Dalam   peranannya   sebagai   koenzim,   flavoprotein   mengalami reduksi reversible cincin isoaloksazin hingga menghasilkan bentuk FMNH2 dan FADH2.
Ø    Metabolisme vitamin B2: 
Riboflavin terdapat di dalam bahan pangan sebagai FMN, FAD dan riboflavin bebas. Ketiga bentuk tersebut memenuhi persyaratan sebagai vitamin, FMN, dan FAD bisa dihidrolisis menjadi riboflavin bebas, kemudian masuk kedalam sel mukosa usus halus dengan difusi pasif. Di dalam sel mukosa usus, ATP difosforilasi menjadi FMN oleh enzimflavokinase, selanjutnya masuk ke saluran darah dan bergabung dengan albumin plasma. FMN merupakan bentuk yang siap dilepas dari darah ke jaringan, terutama hati. Selanjutnya FMN oleh hati dikonversi menjadi FAD. Riboflavin yang disimpan dalam bentuk FMN dan FAD lebih besar daripada bentuk riboflavin bebas. Organ hati menyimpan riboflavin terbesar, yaitu sepertiga dari total riboflavin dalam tubuh.
Organ lain yang kaya riboflavin adalah jantung dan ginjal. Sebagian besar riboflavin diserap bersama makanan (60%), dari pada diserap secara tunggal (15%). Orang tua menyerap ribovavin lebih banyak dibandingkan yang lebih muda.
Diekskresi melalui faeces (terutama) dan melalui urine. Bila masukan riboflavin berlebih,maka akan lebih banyak yang diekskresi melalui urine setelah proses metabolisme sehingga tidak terjadi keracunan riboflavin. diekskresi terutama dalam bentuk bebas dan sebagian kecil dalam bentuk esterfosfat. riboflavin bebas tidak dapat melewati placenta.

2.2.3.      Vitamin B3 (Niasin)
Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang berfungsi  sebagai  sumber  vitamin  tersebut  dalam  makanan  .Asam  nikotinat merupakan derivat asam monokarboksilat dari piridin. Bentuk aktif sari niasin adalah Nikotinamida  Adenin Dinukleotida (NAD+) dan Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat ( NADP+).
Nikotinat merupakan bentuk niasin yang diperlukan untuk sintesis NAD+ dan NADP+ oleh enzim-enzim yangterdapat pada sitosol sebagian   besar sel.Karena itu,setiap nikotinamida dalam makanan, mula-mula mengalami deamidasi menjadi nikotinat. Dalam sitosol nikotinat diubah menjadidesamido NAD+ melalui reaksi yang mula-mula  dengan  5-  fosforibosil  –1-pirofosfat  (  PRPP  )  dan  kemudian  melalui adenilasi dengan ATP.Gugus amido pada glutamin akan turut membentuk koenzim NAD +.  Koenzim  ini  bisa  mengalami  fosforilasi  lebih  lanjut  sehingga  terbentuk NADP+.
Ø   Metbolisme vitamin B3
Nikotinamida nukleotida dihridolisis menjadi nikotinamida dalam lumen usus. Kedua asam nikotinat dan nikotinamida diserap dari usus kecil dengan proses saturable yang tergantung pada keberadaan natrium.
Nikotinat dan nikotinamida dimetabolisme melalui jalur yang berbeda. Asam nikotinat tidak langsung dimetabolisme untuk nikotinamida. Itu mengalami sejumlah langkah metabolisme untuk menghasilkan NAD+, yang pada gilirannya dapat dikonversi, untuk nikotinamida. Sebaliknya, nikotinamida bisa langsung dikonversi keasam nikotinat. Asam nikotinat dimetabolisme menjadi asam nikotinat mononukleotida (NicMN, asam nikotinat ribonukleotida). NicMN diubah menjadi asam nikotinat adenin dinukleotida (NiCad). Selanjutnya NiCad diubah menjadi NAD+.  Nikotinamida diubah menjadi asan nikotinat melalui enzim.

2.2.4.      Vitamin B3 (Asam Pantotenat)
Asam pantotenat dibentuk melalui penggabungan asam pantoat dengan alanin. Asam pantoneat aktif adalah Koenzim A (Ko A ) dan Protein Pembawa Asil (ACP).  Asam  pantoneat  dapat  diabsorbsi  dengan  mudah  dalam  intestinum  dan selanjutnya mengalami fosforilasi oleh ATP hingga terbentuk 4'- fosfopantoneat . penambahan sistein dan pengeluaran gugus karboksilnya mengakibatkan penambahan netto tiotanolamina sehingga menghasilkan   4' fosfopantein, yakni gugus prostetik pada ko A dan ACP . Ko A mengandung nukleotida adenin . Dengan demikian   4' –fosfopantein akan mengalami adenilasi oleh ATP hingga terbentuk defosfo koA . Fosforilasi akhir terjadi pada ATP dengan menambahkan gugus fosfat pada gugus 3 – hidroksil dalam moitas ribose untuk menghasilkan ko A.
Metabolisme vitamin B5:
Sekitar 85% dari asam pantotenat dari makanan bertindak sebagai CoA atau fosfopantethein. Fosfopantethein mengalami hidrolisis dalam lumen usus. Sel mukosa usus memiliki aktivitas panteteinase tinggi dan cepat menghidrolisis pantetein menjadi asam pantotenat bebas. Sedangkan penyerapan asam pantotenat dalam usus menggunaka pengangkut sejenis natrium. Pengangkut asam pantotenat ada seluruh pencernaan. Jaringan lain mengambil asam pantotenat dari peredaran dengan mekanisme yang sama. Mekanisme transportasi biasanya tidak jenuh, sehingga serapan pantotenat kedalam jaringan akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi plasma.

2.2.5.      Vitamin B6
Vitamin B6 terdiri atas derivat piridin yang berhubungan erat yaitu piridoksin, piridoksal serta piridoksamin dan derivat fosfatnya yang bersesuaian.
Bentuk aktif dari vitamin B6 adalah piridoksal fosfat, di mana semua bentuk vitamin B6 diabsorbsi dari dalam intestinum , tetapi hidrolisis tertentu senyawa-senyawa ester fosfat terjadi selama proses pencernaan .Piridksal fosfat merupakan bentuk utama yang diangkut dalam plasma . Sebagian besar jaringan mengandung piridoksal  kinase  yang  dapat  mengkatalisis  reaksi  fosforilasi  oleh  ATP  terhadap bentuk  vitamin  yang  belum  terfosforilasi  menjadi  masing-  masing  derivat  ester fosfatnya. Piridoksal  fosfat  merupakan  koenzim  pada  beberapa  enzim  dalam metabolisme   asam aimno pada proses transaminasi, dekarboksilasi atau aktivitas aldolase. Piridoksal fosfat juga terlibat dalam proses glikogenolisis yaitu pada enzim yang memperantarai proses pemecahan glikogen.
Ø  Metabolisme vitamin B6
Bentuk utanma dari B6 dalam jaringan adalah peridoksal-5-fosfat (PLP) dan peridoksamin-5- fosfat ( PMP).  Penyerapan diusus melibatkan hidrolisis dimediasi-fosfatase diikuti oleh tranportasi dari bentuk nonterfosforilasi kedalam sel mukosa. Transportasinya adalah dengan mekanisme difusi pasif.
Vitamin B6 diserap dalam jejenum dan ileum dengan pola difusi pasif. Penyerapan PLP dan PMP melibatkan defosforilasi yang dikatalisasi oleh alkali fosfastase. Produk metabolisme vitamin B6 diekskresikan dalam urin, produk yang utama adalah asam 4-piridoxik. Diperkirakan 40-60% dari vitamin B6 yang dikonsumsi dioksidasi menjadi asam 4-piridoxik. Sejumlah kecil vitamin B6 juga diekskresikan dalam feses.

2.2.6.      Biotin
Biotin  merupakan  derivat  imidazol  yang  tersebar  luas  dalam  berbagai makanan alami. Karena sebagian besar kebutuhan manusia akan biotin dipenuhi oleh sintesis dari bakteri intestinal, defisiensi biotin tidak disebabkan oleh defisiensi dietarik biasa tetapi oleh cacat dalam penggunaan. Biotin merupakan koenzim pada berbagai enzim karboksilase.
Gejala defisiensi biotin adalah depresi, halusinasi, nyeri otot dan dermatitis. Putih telur mengandung suatu protein yang labil terhadap panas yakni avidin. Protein ini akan bergabung kuat dengan biotin sehingga mencegah penyerapannya dan menimbulkan   defisiensi  biotin.  Komsumsi  telur  mentah  dapat  menyebabkan defisiensi  biotin.Tidak  adanaya  enzim  holokarboksilase  sintase  yang  melekatkan biotin pada residu lisin apoenzim karboksilat, juga menyebabkan gejala defisiensi biotin, termasuk akumulasi substratdari enzim-enzim yang tergantung pada biotin (piruvat karboksilase, asetyl ko A karboksilase, propionil ko A karboksilase dan ß metilkrotonil ko A ). Pada sebagian kasus , anak-anak dengan defisiensi ini juga menderita penyakit defisiesi kekebalan.
2.2.7.      Vitamin B12
Vitamin B12 (kobalamin) mempunyai struktur cincin yang kompleks (cincin corrin) dan serupa dengan cincin porfirin, yang pada cincin ini ditambahkan ion kobalt   di   bagian   tengahnya.   Vitamin   B12   disintesis   secara   eksklusif   oleh mikroorganisme.  Dengan  demikian,  vitamin  B12  tidak  terdapat  dalam  tanaman kecuali bila tanaman tersebut terkontaminasi vitamin B12 tetapi tersimpan pada binatang di dalam hati temapat vitamin B12 ditemukan dalam bentuk metil kobalamin,adenosyl kobalamin, dan hidroksi kobalamin.
Absorbsi intestinal vitamin B12 terjadi dengan perantaraan tempat-tempat reseptor dalam ileum yang memerlukan pengikatan vitamin B12, suatu glikoprotein yang sangat spesifik yaitu faktor  intrinsik yang   disekresi   sel-sel   parietal   pada mukosa  lambung..  Setelah  diserap  vitamin  B12  terikat  dengan  protein  plasma transkobalamin II untuk pengangkutan ke dalam jaringan. Vitamin B12 disimpan dalam hati terikat dengan transkobalamin I. Koenzim vitamin B12 yang aktif adalah metil kobalamin dan deoksiadenosil kobalamin. Metil kobalamin  merupakan  koenzim  dalam  konversi Homosistein  menjadi metionin dan juga konversi Metiltetrahidrofolat menjadi tetrafidrofolat. Deoksiadenosi lkobalamin adalah koenzim untuk konversi metilmalonil Ko A menjadi suksinil Ko A.
Ø  Metabolisme vitamin B12
Vitamin B12 diserap oleh difusi di intestinalmucosa dalam jumlah yang sangat kecil. Penyerapan vitamin B12 adalah dengan cara terikat dengan protein yang mengikat spesifik dalam lumen usus. Penyerapan vitamin B12 dengan cara terikat pada protein ini disebut faktor intrisik, selain faktor intrisik yaitu faktor ekstrinsik. Faktor ekstrinsik adala faktor untuk menjadi vitamin B12 atau memproduksi faktor intrinsik atau disebut juga endogen. Sedangkan faktor intrinsik adalah glikoprotein disekresikan oleh sel-sel parietal lambung dan bersmaan dengan sekresi asam klorida.
Asam lambung memiliki peran dalam proses pencernaan dan penyerapan vitamin B12. Selanjutnya vitamin B12 mengikat kobalofilin dilambung. Kobalofilin adalah kelompok protein antigenik yang relatif tidak spesifik dan mengikat korinoid. Dalam duodenum, kobalofilin dihidrolisis, melepaskan vitamin B12 dab vitamin B12 menjadi terikat faktor intrinsik.
Pada saat protein mengikat vitamin, protein mengalami perubahan konformasi, sehingga terjadi dimerisasi. Vitamin B12 diserap sepertiga dari distal ileum oleh media reseptor endositosis. Dalam sel mukosa ileum, vitamin B12 dilepaskan oleh lisosom proteolisis dari faktor intrinsik dan selanjutnya terikat menjadi transkobalamin II. Vitamin B12 terikat protein disitesis di enterosit. Saat vitamin B12 memasuki sirkulasi transkobalamin II, ada jumlah yang relatif besar apotranskobalamin II dalam sirkulasi dan parenteral. Waktu paruh dari holotranskobalamin II dalam plasma adalah 1,5 jam.

2.2.8.      Vitamin B9 (Asam Folat)
Nama generiknya adalah folasin . Asam folat ini terdiri dari basa pteridin yang terikat dengan satu molekul masing-masing asam P- aminobenzoat acid (PABA ) dan asam glutamat. Tetrahidrofolat merupakan bentuk asam folat yang aktif. Makanan yang mengandung asam folat akan dipecah oleh enzim-enzim usus spesifik menjadi monoglutamil  folat  agar  bisa  diabsorbsi.  kemudian  oleh  adanya  enzim  folat reduktase sebagian besar derivat folat akan direduksi menjadi tetrahidrofolat dala sel intestinal yang menggunakan NADPH sebagai donor ekuivalen pereduksi.
Tetrahidrofolat  ini  merupakan  pembawa  unit-unit  satu  karbon  yang  aktif dalam   berbagai   reaksi   oksidasi   yaitu   metil,   metilen,   metenil,   formil   dan formimino. Semuanya bisa dikonversikan.
Serin  merupakan  sumber  utama  unit  satu  karbon  dalam  bentuk  gugus metilen  yang secara reversible beralih kepada tetrahidrofolat hingga terbentuk glisin dan  N5,  N10   metilen   H4folat  yang  mempunyai  peranan  sentral  dalam metabolisme unit satu karbon. Senyawa di atas dapat direduksi menjadi N5 metil H4folat yang memiliki peranan penting dalam metilasi homosistein menjadi metionin dengan melibatkan metilkobalamin sebagai kofaktor.
Ø  Metabolisme vitamin B9:
Dalam lumen usus konjugat folat yang dihidrolisis oleh suatu enzim glutamat karboksipeptidase (juga disebut dengan konjugase). Enzim ini tergantung zat seng yang berasal dari cairan pankreas, empedu, selaput pembatas mukosa, dan lisosom dari enterosit dan sel-sel lain.
Vitamin B9 bebas yang dibentuk dari proses konjugase diserap dengan mekanisme media pembawa jejenum. Namun, folat yang ada terutama dalam susu terikat dengan protein. Kompleks protein-folat diserap utuh, terutama di ileum, oleh sebuah mekanisme yang berbeda dari sistem transpomasi jejenum. Kompleks vitamin B9 yang terikat dengan protein dalam sistem tanspormasi jejunum akan diubah menjadi vitamin B9 bebas.
2.2.9.      Vitamin C (Asam Askorbat)
Bentuk aktif vitamin C adalah asam askorbat itu sendiri dimana fungsinya sebagai donor ekuivalen pereduksi dalam sejumlah reaksi penting tertentu. Asam askorbat dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat ,yang dengan sendirinya dapat bertindak sebagai sumber vitamin tersebut. Asam askorbat merupakan zat pereduksi dengan potensial hydrogen sebesar  +0,008 V, sehingga membuatnya mampu untuk mereduksi senyawa-senyawa seperti oksigen molekuler, nitrat, dan sitokrom a serta c. Mekanisme kerja asam askorbat dalam banyak aktivitasnya masih belum jelas, tetapi proses di bawah ini membutuhkan asam askorbat :
-        Hidroksilasi prolin dalam sintesis kolagen.
-           Proses  penguraian  tirosin,  oksodasi  P-hidroksi  –fenilpiruvat  menjadi homogentisat memerlukan vitamin C yang bisa mempertahankan keadaan tereduksi pada ion tembaga yang diperlukan untuk memberikan aktivitas maksimal.
-           Sintesis epinefrin dari tirosin pada tahap dopamine-hidroksilase.
-           Pembentukan asam empedu pada tahap awal 7 alfa – hidroksilase
-       Korteks  adrenal  mengandung  sejumlah  besar  vitamin  C  yang dengan cepat akan terpakai habis kalau kelenja tersebut dirrangsang ole hormon adrenokortikotropik.
-           Penyerapan besi digalakkan secara bermakna oleh adanya vitamin C.
-           Asam askorbat dapat bertindak sebagai antioksidan umum yang larut dalam air dan dapat menghambat pembentukan nitrosamin dalam proses pencernaan.
Ø  Metabolisme vitamin C:
Metabolisme vitamin C terdiri dari oksidasi, ekskresi, dan regenerasi. Hasil oksidasi vitamin C yang pertama adalah radikal bebas askorbil yang biasa berubah secara reversibel menjadi bentuk vitamin C kembali atau akan mengalami oksidasi ireversibel menjadi dehidro-L-ascorbid acid. Vitamin C dapat juga mengalami oksidasi setelah bereaksi dengan vitamin E tau radikal urat.
Vitamin C dapat diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk keperedaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorbsi adalah 90% untuk konsumsi antara 20-120 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 mg (sebagai pil) hanya diabsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa kesemua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah didalam jaringan adrenal, pituitari, dan retina.



2.3. Vitamin Larut Lemak
Beberapa vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E dan K, yang hanya mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Vitamin yang larut lemak atau menyak jika berlebihan tidak dikeluarkan oleh tubuh, melainkan akan disimpan.
Proses metabolismenya:
Proses pencernaan makanan, baik didalam lambung maupun usus halus akan membantu melepas vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap didalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi. Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian didalam dinding usus digabungkan dengan kilonmikron yang kemudian diserap sistem limfatik, baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan kehati.
2.3.1. Vitamin A
Vitamin A atau retinal merupakan senyawa poliisoprenoid yang mengandung cincin sikloheksenil. Vitamin A . Vitamin A merupakan istilah generik untuk semua senyawa dari sumber hewani yang memperlihatkan aktivitas biologik vitamin A. senyawa-senyawa twersebut adalah retinal, asam retinoat dan retinal.Hanya retinol yang memiliki aktivitas penuh vitamin A, yang lainnya hanya mempunyai sebagian fungsi vitamin A.
Vitamin A mempunyai provitamin yaitu karoten.Pada sayuran vitamin A terdapat sebagai provitamindalam bentuk pigmen berwarna kuning ß karoten, yang terdiri atas dua molekul retinal yang dihubungkan pada ujung aldehid rantai karbonnya.Tetapi karena ß karoten tidak mengalami metabolisme yang efisien ,maka ß karoten mempunyai efektifitas sebagai sumber vitamin A hanya seper sepuluh retinal.
Ester retinal yang terlarut dalam lemak makanan  akan terdispersi di dalam getah empedu  dan dihidrolisis di dalam lumen intestinum diikuti oleh penyerapan langsung ke dalam epitel intestinal. ß Karoten yang dikomsumsi mungkin dipecah lewat reaksi oksidasi oleh enzim ß karoten dioksigenase .Pemecahan ini menggunakan oksigen molekuler, digalakkan dengan adanya garam-garam empedu dan menghasilkan 2 molekul retinaldehid ( retinal ). Demikian pula ,di dalam mukosa intestinal ,retinal direduksi menjadi retinal oleh enzim spesifik retinaldehid reduktase dengan menggunakan NADPH. Retinal dalam frahsi yang kecil teroksidasi menjadi asam retinoat . Sebagian besar retinal mengalami esterifikasi dengan asam-asam lemak dan menyatu ke dalam kilomikron limfe yang masuk ke dalam aliran darah.Bentuk ini kemudian diubah menjadi fragmen kilomikron yang diambil oleh hati bersama-sama dengan kandungan retinolnya .
Di dalam hati, vitamin A disimpan dalam bentuk ester di dalam liposit, yang mungkin sebagai suatu kompleks lipoglikoprotein.Untuk pengngkutan ke jaringan,
vitamin A dihidrolisis dan retinal yang terbentuk terikat dengan protein pengikat aporetinol ( RBP ).Holo- RBP yang dihasilkan diproses dalam apparatus golgi dan disekresikan ke dalam plasma .Asam retinoat diangkut dalam plasma dalam keadaan terikat dengan albumin.Begitu di dalam sel-sel ekstrahepatik , retinal terikat dengan protein  pengikat  retinol  seluler  (CRBP)  .Toksisitaas  vitamin  A  terjadi  setelah kapasitas RBP dilampaui dan sel-sel tersebut terpapar pada retinal yang terikat.
Retinal dan retinal mengalami interkonversi dengan adanya enzim-enzim dehidrogenase atau reduktase yang memerlukan NAD atau NADP di dalam banyak jaringan. Namun demikian, begitu  terbentuk dari retinal, asam retinoat tidak dapat diubah kembali menjadi retinal atau menjadi retinal.Asam retinoat dapat mendukung pertumbuhan dan differensiasi, tetapi tidak dapat menggantikan retinal dalam peranannya pada penglihatan atau pun retinal dalam dukungannya pada system reproduksi.
Retinol setelah diambil oleh CRBP diangkut ke dalam sel dan terikat dengan protein nucleus,di dalam nucleus inilah retinal terlibat dalam pengendalian ekspresi gen-gen tertentu, sehingga retinal bekerja menyerupai hormon steroid.
Retinal merupakan kompoenen pigmen visual rodopsin,yang mana rodopsin terdapat dalam sel-sel batang retina yang bertanggung jawab atas penglihatan pada saat cahaya kurang terang. 11 sis Retinal yaitu isomer all transretinal,terikat secara spesifik pada protein visual opsin hingga terbentuk rodopsin.Ketika terkena cahaya, rodopsin akan terurai serta mambentuk all-trans retinal dan opsin. Reaksi ini disertai dengan perubahan bentuk yang menimbulkan saluran ion kalsium dalam membran sel batang. Aliran masuk ion-ion kalsium yang cepat akan memicu impuls syaraf sehingga memungkin cahaya masuk ke otak.
Asam retinoat turut serta dalam sintesis glikoprotein. Hal ini dapat  dijelaskan bahwa asam retinoat bekerja dalam menggalakkan pertumbuhan dan differensiasi jaringan.
Retinoid dan karotenoid memiliki aktivitas antikanker.Banyak penyakit kanker pada manusia timbul dalam jaringan epitel yang tergantung pada retinoid untuk berdifferensiasi seluler yang normal .ß–karoten merupakan zat antioksidan dan mungkin mempunyai peranan dalam menangkap radikal bebas peroksi di dalam jaringan dengan tekanan parsial oksigen yang rendah. Kemampuan ß–karoten bertindak sebagai antioksidan disebabkan oleh stabilisasi radikal bebas peroksida di dalam struktur alkilnya yang terkonjugasi. Karena ß karoten efektif pada konsentrasi   oksigen   yang   rendah,   zat   provitamin   ini   melengkapi   sifat-sifat antioksidan yang dimiliki vitamin E yang efektif dengan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi.
Kekurangan atau defisiensi vitamin A disebabkan oleh malfungsi berbagai mekanisme seluler yang di dalamnya turut berperan senyawa- senyawa retinoid. Defisiensi vitamin A terjadi gangguan kemampuan penglihatan pada senja hari (buta senja). Ini terjadi karena ketika   simpanan vitamin A dalam hati hampir habis. Deplesi  selanjutnya  menimbulkan  keratinisasi  jaringan  epitel  mata,  paru-paru,traktus gastrointestinal dan genitourinarius, yang ditambah lagi dengan pengurangan sekresi mucus. Kerusakan jaringan mata, yaitu seroftalmia akan menimbulkan kebutaan. Defisiensi vitamin A terjadi terutama dengan dasar diet yang jelek dengan kekurangan komsumsi sayuran, buah yang menjadi sumber provitami A.
Ø  Metabolisme vitamin A:
Absorbsi vitamin larut lemak yang normal ditentukan oleh absorbsi normal dari lemak. Gangguang absorbsi lemak yang disebabkan oleh gangguan sistem empedu akan menyebabkan gangguan absorbsi vitamin-vitamin yang larut lemak. Setelah diabsorbsi, vitamin ini dibawa ke hepar atau dalam jaringan lemak. Didalam darah vitamin lemak diangkut oleh lipoprotein atau protein pengikat spesifik, dan karena tidak larut dalam air, maka ekskresinya lewat empedu yang dikeluarkan bersama-sama feses.
2.3.2.      Vitamin D
Vitamin D merupakan prohormon steroid.Vitamin ini diwakili oleh sekelompok senyawa steroid yang terutama terdapat pada hewan, tetapi juga terdapat dalam tanaman serta ragi. Melalui berbagai proses metabolic,vitamin D dapat menghasilkan suatu hormon yaitu Kalsitriol, yang mempun yai peranan sentral dalam metabolisme kalsium dan fosfat.
Vitamin  D  dihasilkan  dari provitamin  ergosterol dan  7- dehidrokolesterol. Ergosterol terdapat dalam tanaman dan 7–dehidrokolesterol dalam tubuh hewan.
Ergokalsiferol (vitamin D2) terbentuk dalam tanaman, sedangkan di dalama tubuh hewan akan terbentuk kolekalsiferol (vitamin D3) pada kulit yang terpapar cahaya.Kedua bentuk vitamin tersebut mempunyai potensi yang sama ,yaitu masing- masing dapat menghasilkan kalsitriol D2 dan D3.
Vitamin D3  ataupun D2  dari makanan diekstraksi dari dalam darah ( dalam keadaan  terikat  dengan  globulin  spesifik),  setelah  absorbsi  dari  misel  dalam intestinum. Vitamin tersebut mengalami hidroksilasi pada posisi –25 oleh enzim vitamin D3 – 25 hidroksikolekalsiferol,yaitu suatu enzim pada retikulum endoplasmic yang dianggap membatasi kecepatan reaksi. 25- hidroksi D3  merupakan bentuk utama vitamin D dalam sirkulasi darah dan bentuk cadangan yang utama dalam hati.
Dalam tubulus ginjal, tulang dan plasenta, 25–hidroksiD3  selanjutnya mengalami hidroksilasi dalam posisi 1 oleh enzim 25–hidroksiD3  1- hidroksilase, yakni suatu enzim mitokondria. Hasilnya adalah 1,25dihidroksi D3 ( kalsitriol ), yaitu metabolit vitamin D yang paling poten. Produksi hasil ini diatur oleh konsentrasinya sendiri, hormon paratiroid dan fosfat dalam serum.
Defisiensi atau kekurangan vitamin D menyebabkan penyakit rakitis terdapat pada anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Kelainan disebabkan oleh pelunakan tulang yang terjadi akibat kekurangan kalsium dan fosfat. Ikan berlemak, kuning telur dan hati merupakan sumber vitamin D yang baik.
Ø  Metabolisme vitamin D:
Vitamin D dimetabolisme menjadi dua zat yang berbeda dalam tubuh yaitu 25-hydroxyvitamin D dan 1,25-dihydroxyvitamin D. Di hati  vitamin D dimetabolisme menjadi 25(OH)D oleh mitokondria hati dan enzim mikrosom yang memiliki waktu paruh 21 hari. Pembuatan 25(OH)D dihati diatur oleh mekanisme umpan balik yakni peningkatan konsumsi diet dan produksi endogen vitamin D3.
Setelah pembentukan dihati vitamin akan dibawa ke ginjal oleh protein pengikat vitamin D dan mendapat tambahan C1 dan C24. Aktivitas 25(OH)D dimitokondria ginjal ditingkatkan oleh hilpokasemia dengan meningkatkan konversi 25(OH)D menjadi 1,25(OH)2D. Hilpokasemia tidak mengontrol proses ini secara langsung.
2.3.3.      Vitamin E
Ada beberapa jenis tokoferol dalam bentuk alami .Semuanya merupakan 6- hidroksikromana atau tokol yang tersubsitusi isoprenoid.
Penyerapan aktif lemak meningkatkan absorbsi vitamin E. Gangguan penyerapan lemak dapat menimbulkan defisiensi vitamin E. Vitamin E di dalam darah diangkut oleh lipoprotein, pertama- tama lewat penyatuan ke dalam kilomikron yang mendistribusikan vitamin ke jaringan yang mengandung lipoprotein lipase serta ke hati dalam fragmen sisa kilomikron, dan kedua, lewat pengeluaran dari dalam hati dalam lipoprotein berdensitas sangat rendah ( VLDL ). Vitamin E disimpan dalam jaringan adiposa Vitamin E (tokoferol) bertindak sebagai antioksidan dengan memutuskan berbagai reaksi rantai radikal bebas sebagai akibat kemampuannya untuk memindahkan hydrogen fenolat kepada radikal bebas perksil dari asam lemak tak jenuh  ganda  yang  telah  mengalami  peroksidasi  .  Radikal  bebas  fenoksi  yang terbentuk kemudian bereaksi dengan radikal bebas peroksil selanjutnya. Dengan demikian α – tokoferol tidak mudah terikat dalam reaksi oksidasi yang reversible, cincin kromana dan rantai samping akan teroksidasi menjadi produk non radikal bebas.
Defisiensi atau kekurangan vitamin E dapat menimbulkan anemia pada bayi yang baru lahir. Kebutuhan akan vitamin E meningkat bersamaan dengan semakin besarnya masukan lemak tak- jenuh ganda. Asupan minyak mineral, kerpaparan terhadap oksigen (seperti dalam tenda oksigen ) atau berbagai penyakit yang menyebabkan tidak efisiennya penyerapan lemak akan menimbulkan defisiensi vitamin E yang menimbulkan gejala neurology.
Vitamin E dirusak oleh pemasakan dan pengolahan makanan yang bersifat komersial,termasuk pembekuan. Benih gandum, minyak biji bunga matahari serta biji sfflower, dan minyak jagung serta kedelai, semuanya merupakan sumber vitamin E yang baik.
Ø  Metabolisme vitamin E:
Ester vitamin E yang terdapat didalam bahan makanan, dihidrolisis oleh enzim lipase dari sekresi pankreas dan vitamin E yang dibebaskan diserap bersama lipid dan asam lemak hasil pencernaan. Vitamin E mempergunakan misel yang dibentuk oleh asam lemak dan garam empedu sebagai carrer dalam proses penyerapan. Setelah diserap, transpor lebih lanjut dalam cylomikron melalui jalur ductus tharoraciccus pada mamalia.
Didalam darah vitamin E ditranspor oleh lipoprotein. Vitamin E terdapat dalam jaringan lemak, meskipun tidak jelas apakah disitu sebagai timbunan cadangan atau karena sifat alrut lemak saja. Metabolisme vitamin E ditemukan didalam tinja maupun didalam urin.
2.3.4.      Vitamin K
Vitamin yang tergolong ke dalam kelompok vitamin K adalah naftokuinon tersubsitusi poliisoprenoid. Menadion ( K3  ), yaitu senyawa induk seri vitamin K, tidak ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in vivosenyawa ini akan mengalami alkilasi menjadi salah satu menakuinon ( K2  ). Filokuinon ( K1  ) merupakan bentuk utama vitamin K yang ada dalam tanaman. Menakuinon 7 merupakan salah satu dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid dari vitamin K yang ditemukan dalam jaringan binatang dan disintesis oleh bakteri dalam intestinum.
Penyerapan vitamin K memerlukan penyerapan lemak yang normal. Malabsorbsi lemak merupakan penyebab paling sering timbulnya defisiensi vitamin K. derivat vitamin K dalam bentuk alami hanya diserap bila ada garam-garam empedu, seperti lipid lainnya, dan didistribusikan dalam aliran darah lewat system limfatik dalam kilomikron. Menadion, yang larut dalam air , diserap bahkan dalam keadaan tanpa adanya garam-garam empedu, dengan melintas langsung ke dalam vena porta hati .
Vitamin K ternyata terlibat dalam pemeliharaan kadar normal factor pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di dalam hati mula-mula sebagai precursor inaktif.
Vitamin  K  bekerja  sebagai  kofaktor  enzim  karboksilase  yang  membentu residu γ – karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase yang tergantung vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic banyak jaringan dan memerlukan oksigen molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K dan di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan zat pereduksi ditiol yang masih belum teridentifikasi.Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut.
Vitamin K tersebar luas dalam jaringan tanaman dan hewan yang digunakan sebagai bahan makanan   dan produksi vitamin K oleh mikroflora intestinal pada hakekatnya menjamin tidak terjadinya defisiensi vitamin K.
Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi terbukti adanya Penyakit perdarahan pada bayi baru lahir ditandai dengan kecenderungan dapat  mengalami suatu perdarahan, merupakan bentuk dasar dari kekurangan suatu vitamin K.Hal ini terjadi karena  plasenta tidak mengantarkan lemak dan vitamin K dengan baik. Fungsi hati dari bayi baru lahir masih belum matang untuk menghasilkan faktor-faktor pembekuan darah yang cukup (faktor pembekuan adalah protein dalam darah yang memudahkan pembekuan dan memerlukan vitamin K). Usus tidak memiliki bakteri yang menghasilkan vitamin K selama hari-hari pertama, ASI hanya sedikit mengandung vitamin K. Suatu suntikan vitamin K seharusnya diberikan pada bayi baru lahir untuk melindungi bayi dari penyakit ini. Bayi yang mendapatkan ASI, yang belum mendapatkan suntikan vitamin K pada saat lahir, sangat rentan terhadap kekurangan vitamin K.
Pada dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama.  Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan
Kekurangan vitamin tersebut dapat pula terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan aborbsi lemak dan mengonsumsi antibiotika. Konsumsi aspirin berlebihan dapat mencegah pembekuan darah. Kelebihan vitamin K dapat terjadi bila diberikan dalam bentuk sintetik metadion. Ini terjadi hanya pada orang yang menerima pengganti vitamin K larut air.  Gejala kelebihan vitamin tersebut antara lain terjadi hemolisis darah merah, sakit kuning, dan kerusakan pada otak.

Ø  Metabolisme vitamin K
Sebesar 50-80% vitamin K diabsorpsi di usus halus dengan bantuan empedu dan cairan pancreas. Kemudian, diikatkan dengan kilomikron dan diangkut melalui system limfe di hati.
Dari hati, vitamin K diangkut terutama oleh lipoprotein VLDL di dalam plasma ke sel-sel tubuh. Vitamin K terutama dihubungkan dengan membrane sel, yaitu dengan reticulum endoplasma dan mitokondria. Taraf vitamin K dalam serum meningkat pada hiperlipidemia, terutama pada trigliseridenia. Hal-hal yang menghambat absorbsi lemak akan menurunkan absorbsi vitamin K. Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40% vitamin K yang diabsorbsi dikeluarkan melalui empedu, dan 15% melalui urine sebagai metabolic larut air. Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak banyak dan penggantinya terjadi cepat. Simpanan di hati 10% dalam bentuk filokinon dan sebesar 90% sebagai menakinon. Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari sintesis menakinon, akan tetapi sebagian perlu didatangkan dari makanan








BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapatmelakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.
Vitamin yang larut dalam air, meliputi vitamin B dan C. Proses metabolismenya yaitu: Proses pencernaan makanan, baik didalam lambung maupun usus halus akan membantu melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati.
Vitamin yang larut dalam lemak, meliputi vitamin A, D, E, dan K. Golongan vitamin yang larut dalam lemak disebut alosterin. Proses metabolismenya yaitu: Proses pencernaan makanan, baik didalam lambung maupun usus halus akan membantu melepas vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus. Vitamin larut lemak diserap didalam usus bersama dengan lemak atau minyak yang dikonsumsi. Vitamin larut lemak akan diserap secara difusi pasif dan kemudian didalam dinding usus digabungkan dengan kilonmikron yang kemudian diserap sistem limfatik, baru kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan kehati.

3.2 SARAN
Diharapkan kepada pembaca agar memberikan kritikan dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini dan juga untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita. Semoga dengan adanya makalah ini bisa berguna untuk kita semua.
Daftar Pustaka
Marks, D. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC

T,Kurniati dkk. Metode Analisis Vitamin.Diakses dari https://books.google.co.id/books?id=ou1eOU4oJKUC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false. Diakses pada 21 Agustus 2017




1 komentar:

  1. Casinos Near Casinos Near Casinos - MapYRO
    A map showing casinos 밀양 출장안마 and other 김해 출장샵 gaming facilities located near Casinos, located in at 1410 Casino Dr, 평택 출장마사지 (904) 704-7133 (904) 익산 출장안마 777-1000. 밀양 출장안마

    BalasHapus

Budaya dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social. Budaya mempunyai peranan p...