Mata Kuliah : Immunologi dan Zat Gizi
Tim Dosen : 1. Prof. dr. Nova H. Kapantow, DAN.,
MSc., SpGK
2. dr. Shirley E. S. Kawengian, DAN., MSi
3. Hendra A. Herlambang, SKM, MSi
MAKALAH
IMUNITAS INNATE
(BAWAAN)
OLEH:
S-05 GIZI KELOMPOK 2
Ariska M. Maki 15111101004
Leidy
Pesik 15111101031
Teiron Wanena
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingannya penulis dapat menyelesaikan tugas
Makalah Immunitas dan Zat
Gizi dengan
materi “Imunitas Innate
(Bawaan)”
ini dengan baik.. Makalah ini disusun dengan harapan dapat dimanfaatkan dan dapat
dimengerti baik oleh penulis
bahkan oleh pembaca.
Seperti pepatah lama mengatakan tak
ada gading yang tak retak, demikian juga dalam hal penyusunan makalah ini,
penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna perbaikan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya.
Manado,
September
2017
Penulis
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
……………………………………………………………. i
Daftar Isi
………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ……………………………………………… 1
1.2 Rumusan
Masalah ………………………………………..… 2
1.3 Tujuan
…………………………………………………..…… 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Mikroba oleh
Sistem Imunitas Innate ………… 3
2.2 Komponen Imunitas Innate
………………………………… 4
2.3 Penghindaran Imunitas Innate dan Mikriba ………………… 6
2.4 Peran
Imunitas Innate dalam Menstimulasi Respon Imunitas Adaptif
……………………………………………………… 6
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
…………………………………………………… 9
3.2 Saran
………………………………………………………..… 9
DAFTAR PUSTAKA ..…………………………………………………… 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem
imun merupakan sistem koordinasi respon biologi yang bertujuan melindungi
integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yag berbahaya di lingkungan yag
dapat merusak dirinya. Mekanisme imunitas terhadap antigen yang berbahaya
meliputi pertahanan fisik dan kimiawi, simbiosis dengan bakteri flora normal,
innate imunity serta imunitas spesifik yang didapat.
Tubuh manusia memberi proteksi terhadap
seluruh bagian tubuh dengan berbagai mekanisme. Kebanyakan dalam mekanisme
tersebut berfungsi sejak waktu kelahiran dan disebut kekebalan bawaan yang termasuk didalamnya adalah
leukosit Kulit yang masih utuh merupakan rintangan yang secara normal tidak
dapat ditembus oleh bakteri atau virus, meskipun goresan sangat kecil sekalipun
memungkinkan masuknya mikroorganisme Imunitas innate merupakan mekanisme
pertahaan tubuh non-spesifik yang mencegah masuknya dan menyebarnya mikroorgaisme
dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan. Pada imunitas
innate makrofag dan neutrofil memegang peranan penting sebagai pertahanan
pertama dalam melawan mikroorganisme patogen.
Tubuh memiliki system imun untuk
melindungi tubuh itu sendiri dari berbagai mikroba pathogen yang membahayakan.
Sistim imun terdiri dari dua macam yaitu system innate imun atau bawaan dan
system imun adaptif. Kedua macam system imun ini memiliki komponen-komponen
sendiri-sendiri yang intinya saling bekerja sama untuk memberikan pertahanan
bagi tubuh sehingga tidak mudah terserang oleh berbagai penyakit khususnya yang
ditimbulkan dari mikroba pathogen. Respon imun ialah tanggapan terhadap
substansi asing yang masuk kedalam tubuh, misalnya: mikroorganisme, bakteri, virus,
parasit dan molekul besar protein, polisakarisa.
Ada
2 respon aktivitas imun yang saling mempengaruhi, yaitu:
a. Pengenalan
(recognition), untuk:
-
Menegenal dan mendeterminasi substansi
asing secara spesifik
-
Menyeleksi molekul yang bersifat
imunogenik
-
Membedakan komponen sendiri (selft) dari
substansi asing (non self)
b. Tanggapan
(respon), untuk:
Mengerahkan macam-macam
seldan molekul sehngga menghasilkan reaksi yang sesuai dan tepat untuk melawan
dan menetralkan substansi/organisme
yang masuk.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengenalan mikroba oleh sistem imunitas innate?
2. Apa
saja komponen imunitas innate?
3. Bagimana
Penghindaran mikroba dari imunitas innate?
4. Bagaimana
peran imunitas innate dalam menstimulasi respon imunitas adaptif?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengenalan mikroba oleh sistem imunitas innate
2. Mengetahui
komponen imunitas innate
3. Mengetahui
Penghindaran mikroba dari imunitas innate
4. Mengetahui
peran imunitas innate dalam menstimulasi respon imunitas adaptif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Mikroba Oleh Sistem
Imunitas Innate
Innate
imunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk
mengeliminasi mikroba atau pathogen bagi tubuh. Innate imunity merupakan kekebalan
non spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan di eliminasi tanpa
memperhatikan jenis dari mikroba itu. Pada immunitas bawaan ini memiliki 2
sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat ke dua.
Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam mikroba
pathogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh
tubuh untuk melawan mikriba pathogen meliputi fagosit, inflamasi demam dan
substansi anti mikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofak, sel
dendrite, dan neutrofil. Sedangkan inflamsi merupakan respon tubuh terhadap sel
yang rusak, respon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak.
Respon imun bawaan adalah respon
non-spesifik, yang berarti itu diaktifkan hanya dengan kehadiran pathogen.
Sel-sel dari sistem bawaan menanggapi pathogen dengan cara yang umum yang
sangat umum. Tanggapan mereka tidak berubah, terlepas dari jenis patogen yang
terlibat. Ciri kunci lain dari respon imun bawaan adalah bahwa ia tidak
memiliki memori, dan tidak dapat memicu perkembangan memori.
Imunitas alamiah terhadap bakteri
ekstraseluler adalah respon imun alamiah terhadap bakteri ekstraseluler
terutama melalui mekanisme fagositosis oleh neutrofil monosit serta makrofag
jaringan. Resistensi bakteri terhadap fagositosis dan penghancuran dalam
makrofag menunjukan virulensi bakteri. Aktivasi komplemen tanpa adanya antibodi
juga memegang peranan penting dalam eliminasi bakteri eksraseluler.
Lipopolisakarida (LPS) dalam dinding bakteri gram negative dapat mengaktivasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibodi. Salah satu hasil aktivasi
komplemen ini yaitu mempunyai efek opsonisasi bakteri serta meningkatkan
fagositosis. Selain itu terjadi lisis bakteri melalui membrane attack
complex (MAC) serta beberapa hasil sampingan aktivasi komplemen dapat
menimbulkan respons inflamasi melalui pengumpulan (recruitment) seta
aktivasi leukosit.
Endotoksin
yang merupakan LPS merangsang produksi sitokinin oleh makrofag serta sel lain
seperti endotil vascular. Fungsi fisiologis yang utama dari sitokin yang
dihasilkan oleh makrofag adalah merangsang inflamasi non spesifik serta
meningkatkan aktivasi limfosit spesifik oleh antigen bakteri. Sitokinin akan
menginduksi neutrofil dan monosit pada endotel vascular pada tempat infeksi
yang diikuti migrasi, akumulasi local serta aktivasi sel inflamasi. Kerusakan
jaringan yang terjadi dalah akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk
eliminasi bakteri tersebut. Sitokinin juga merangsang demam dan sintesis
protein fase akut Imunitas alamiah terhadap bakteri intraseluler.
Mekanisme terpenting imunitas alamiah
terhadap mikroorganisme intraseluler adalah fagositosis akan tetapi bakteri
pathogen intraseluler relative resisten terhadap degradasi dalam sel fagosit
mononuclear. Oleh karna itu mekanisme kekebalan alamiah ini tidak efektif dalam
mencegah penyebaran infeksi sehingga sering menjadi kronik dan eksaserbasi yang
sulit diberantas.
2.2
Komponen Imunitas Innate
Imunitas
innate berupa komponen normal tubuh selalu ditemukan pada individu dan siap
mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Semua mekanisme
pertahanan ini merupakan bawaan (innate), artinya pertahanan tersebut secara
alamiah ada dan tidak adanya pengaruh secara intrinsik oleh kontak dengan gen
infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan ini berperan sebagai garis pertahanan
pertama dan penghambat kebanyakan pathogen potensial sebelum menjadi infeksi yang tampak. Komponen imunitas
innate yaitu:
1.
Barrier epitel
Tempat masuknya mikroba
yaitu kulit, saluran gastrointestinal, dan saluran pernafasan dilindungi oleh
epitel yang berfugsi sebagai barrier fisik dan kimiawi terhadap infeksi. Sel
epitel memproduksi anibodi peptida yang dapat membunuh bakteri. Selain itu,
epitel juga mengandung limfosit intraepitelial yang mirip dengan sel T namun
hanya mempunyai reseptor antigen yang terbatas jenisnya. Limfosit ini dapat
mengenali lipid atau struktur lain pada mikroba.
2.
Sistem fagosit
Terdapat dua jenis
fagosit di dalam sirkulasi yaitu neutrofil dan monosit, yaitu sel darah yang
dapat datang ketempat infeksi kemudian mengenali mikroba intraseluler dan
memakannya (intracellular killing).
3.
Sel natural killer (NK)
Sel natural killer
adalah suatu limfosit yang berespons terhadap mikroba intraseluler dengan cara
membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi sitokinin untuk mengaktivasi
makrofag. Sel NK berjumlah 10% dari total limfosit di darah dan organlimfoid
perifer. Sel NK dapat mengenali sel penjamu yang
sudah berubah akibat terinfeksi mikroba. Sel NK mempenyai berbagai reseptor
untuk molekul sel penjamu, sebagian reseptor akan mengaktivasi sel NK dan
sebagian lainnya menghambatnya.
Reseptor pengaktivasi bertugas untuk mengenali fagosit yang mengandung virus
dan bakteri.
4.
Sistem komplemen
Sistem komplemen
merupakan sekumpulan protein dalam sirkulasi yang penting dalam pertahanan
terhadap mikroba. Banyak protein komplemen merupakan enzim proteolitik.
Aktivasi komplemen membutuhkan aktivasi bertahap enzim-enzim ini. Protein yang
teraktivasi berfungsi sebagai enzim proteolitik untuk memecah protein omplemen
lainnya. System komplemen mempunyai tiga fungsi sebagai mekanisme pertahanan.
Pertama, C3b menyelubungi mikroba sehingga mempermudah mikroba berikatan dengan
fagosit. Kedua, hasil pemecahan komplemen bersifat kemoatraktan untuk
neutrophil dan monosit, serta menyebabkan inflamasi ditempat aktivasi
komplemen. Ketiga, tahap akhir dari aktivasi komplemen berupa pembentukan membrane
attack complex (MAC).
5.
Sitokinin
Sebagai respon terhadap
mikroba, makrofag dan sel lainnya mensekresi sitokin untuk memperantai reaksi
seluler pada imunitas non spesifik. Sitokinin merupakan protein mudah larut yang
berfungsi untuk komunikasi antar leukosit dan antara leukosit dengan sel
lainnya. Sitokinin diproduksi dalam jumlah kecil sebagai respon terhadap
stimulus eksternal. Sitokinin ini kemudian berikatan dengan reseptor di sel target.
Pada respon imun non spesifik banyak makrofag akan teraktivasi dan mensekresi
sejumlah besar sitokin yag dapat bekerja jauh dari tempat sekresinya.
6. Protein
plasma
Berbagai
protein plasma yang diperlukn untuk membantu komplemen pada pertahanan melawan infeksi.
Mannose-binding (MBL) di plasma bekerja dengan cara mengenali karbohidrat pada
glikoprotein permukan mikroba dan menyelubungi mikroba untuk mempermudah
fagositosis atau mengaktivasi komplemen melalui jalur lectin. C-reactive
protein (CRP) terikat ke fosforikolin di mikroba dan menyelubungi mikroba
tersebut untuk difagosit. Kadar protein plasma ini akan meningkat cepat pada
infeksi. Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme,
selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan
lisis mikroorganisme.
2.3
Penghindaran Imunitas
Innate dan Mikroba
Mikroba
patogen dapat mengubah diri menjadi resisten terhadap imunitas nonspesifik sehingga dapat memasuki
sel penjamu. Beberapa bakteri intraseluler tidak dapat didestruksi didalam
fagosit. Listeria monocytogenes menghasilkan suatu protein yang membuatnya
lepas dari vesikel fagosit dan masuk ke sitoplasma sel fagosit. Dinding sel
mycobacterium mengandung suatu lipid yang akan menghambat penggabungan fagosom
dengan lisosom berbagai. Mikroba lain mempunyai dinding sel yang tahan terhadap
komplemen. Mekanisme ini digunakan juga oleh mikroba dalam melawan mekanisme
efektor pada imunitas seluler dan humoral.
2.4
Peran Imunitas Innate dalam Menstimulasi Respon Imunitas Adaptif
Imunittas
innate atau imunitas non-spesifik juga berfungsi untuk menstimulasi imunitas
spesifik. Respon imun non-spesifik akan menghasilkan suatu molekul yang
bersama-sama dengan antigen mengaktivasi limfosit T dan B. aktivasi limfosit
yang adaptif terhadap suatu antigen membutuhkan dua sinyai yaitu sinyal petama
adalah antigen itu sendiri, sedangkan mikroba adalah respon imun non-spesifik
terhadap mikroba, dan sel penjamu yang rusak akibat mikroba merupakan sinyal
kedua. Adanya sinyal kedua ini memastikan bahwa limfosit hanya berespon
terhadap bahan-bahan agen infeksius, dan tidak berespon terhadap bahan-bhan
non-mikroba. Pada vaksinasi respon imun spesifik atau adaptif dapat dirangsang
oleh antigen, tanpa adanya mikroba. Dalam hal ini, pemberian antigen harus
disertai dengan bahan tertentu yang disebut adjuvant yang akan merangsang
respon imun non spesifik seperti halnya mikroba.
Mikroba dan interferon gamma yang
dihasilkan oleh sel natural killer (NK) akan merangsang sel dendrit dan
makrofag untuk memproduksi 2 jenis pengaktivasi limfosit. Pertama sel dendrit
dan makrofag mengekspresikan petanda permukaan yang disebut ko-stimulator.
Ko-stimulator ini akan berikatan dengan reseptor sel T, kemudian bersama-sama
dengan mekanisme pengenalan antigen akan mengaktivasi sel T. kedua sel T
menjadi sel efektor pada imunitas seluler.
Sistem pertahanan imunitas innate efektif untuk melawan berbagai macam
patogen. Namun demikian sistem ini kerjanya juga terbatas karena mengandalkan
reseptor yang terbentuk selama proses perkembangannnya, sedangkan mikroorganisme
dapat berubah melebihi kecepatan host menyelaraskan sistem imun yang ada. Hal
ini menjelaskan mengapa sistem imunitas innate hanya dapat mengenali mikroorganisme yang membawa molekul
yang umumnya sama untuk semua jenis patogen yang secara evolusi kemampuan
tersebut telah terpelihara. Imunitas innate akan bekerja dengan cepat terhadap agen apapun yang masuk,
termasuk mikroorganisme yang mempunyai kecepatan berevolusi sangat tinggi
selama reseptor nonspesifik dapat mengenalinya. Sistem imunitas innate dapat mengenali struktur molekul
yang berada pada patogen yang umumnya tidak dimiliki host. Telah diketahui bahwa bakteri patogen dapat
terus melakukan perubahan struktur kapsul sehingga terhindar dari pengenalan
sel-sel fagosit. Virus membawa berbagai macam molekul yang secara umum berbeda
dengan bakteri dan jarang dapat dikenali langsung oleh makrofag. Namun demikian
virus dan bakteri berkapsul dapat diambil oleh sel dendritik dengan proses makropinositosis
yang tidak tergantung pada reseptor, sehingga molekul yang menunjukkan sifat sebagai
penginfeksi bisa diketahui, dan sel dendritik teraktivasi akan mempresentasikan
antigen pada limfosit. Mekanisme pengenalan pada sistem imunitas adaptif yang
dilakukan oleh sel limfosit telah berevolusi untuk mengatasi keterbatasan
imunitas innate. Adanya evolusi itu memungkinkan terjadinya pengenalan terhadap
diversitas antigen yang tak terbatas, sehingga setiap antigen dapat menjadi
target bagi limfosit yang spesifik.
Setiap sel limfosit yang masuk pada sirkulasi darah hanya memiliki satu macam reseptor
yang spesifik untuk satu macam antigen. Sifat spesifik limfosit ini terbentuk
selama proses perkembangan limfosit mulai pada sumsum tulang dan timus untuk
membentuk varian gen yang menyandi molekul reseptor limfosit. Karena setiap sel limfosit
mempunyai reseptor yang spesifikasinya berbeda satu dengan yang lain, maka
setiap individu mempunyai
berjuta-juta klon sel limfosit, lymphocyte receptor repertoire. Selama hidup manusia
limfosit mengalami proses yang mirip seleksi alam. Hanya limfosit yang
menemukan antigen yang dapat teraktivasi dan berubah menjadi sel efektor.
Clonal selection theory, sebenarnya telah berkembang sejak tahun 1950. Pada
saat itu Macfarlane Burnet beranggapan bahwa di dalam setiap individu telah
tersedia sel-sel yang mempunyai potensi menghasilkan antibodi yang
berbeda-beda. Jika sel tersebut mengikat antigen yang sesuaiakan teraktivasi
dan membelah menjadi progeni yang identik, yang disebut klon. Sel yang teraktivasi itu
sekarang dapat mensekresi antibodi yang sama, dan mempunyai spesifikasi yang sama
pula dengan reseptor yang pertama kali terstimuli.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Imunitas innate merupakan mekanisme
pertahaan tubuh non-spesifik yang mencegah masuknya dan menyebarnya mikroorgaisme
dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan.
·
Komponen imunitas innate yaitu: Barrier
epitel, Sistem fagosit, Sel natural killer (NK), Sistem komplemen, Sitokinin,
Protein plasma lainnya.
·
Mikroba patogen dapat mengubah diri menjadi
resisten terhadap imunitas non-spesifik sehingga dapat memasuki sel penjamu.
·
Imunittas innate atau imunitas
non-spesifik juga berfungsi untuk menstimulasi imunitas spesifik.
3.2 Saran
Kita
perlu menambah wawasan pengetahuan mengenai bagaimana cara kerja atau mekanisme
imunitas innate (bawaan) dan juga perlu mengetahui mengenai mikroba yang
resisten terhadap imunitas innate dalam tubuh kita sehingga dengan ini dapat
meningkatkan perilaku kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Fedik A.Rantam. 2003. Metode Imunologi. Jakarta: Universitas Airlangga.
IMUNITASINNATE-DAN-ADAPTIF.pdf
Munasir Z. Respon
Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri
Muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/BAB-V.-PRINSIP-UMUM
Pacito. 2010. Sistem Imunitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar