BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.Pemeliharaan kesehatan
adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan
persalinan.Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi
kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan,pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan
ketenteraman hidup.
Sejarah,
menurut Prof Nugroho Notosutanto, mengandung dua hal: fakta dan persepsi. Di
satu pihak merupakan rentetan peristiwa berdasar fakta. Tekanannya pada uraian
fakta yang bersifat deskriptif. Di pihak lain sejarah juga merupakan persepsi
dari para pelaku, para saksi dan para pengamatnya. Tekanannya berupa analisis
peristiwa bahkan dilanjutkan dengan prediksi ke depan. Demikianlah, maka
sejarah perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia ini ditulis senetral dan
seobyektif mungkin berdasarkan fakta sesuai rentetan peristiwa. Namun demikian
juga tidak dapat dihindari adanya pandangan subyektif berupa analisis dan
prediksi dari para pelaku, para saksi atau pengamat yang kebetulan menjadi
penulisnya. Sikap subyektif ini ditekan seminimal mungkin karena buku ini
ditulis oleh satu tim yang terdiri dari berbagai unsur dan lintas generasi.
Selanjutnya kebenaran deskripsi fakta, analisis dan prediksi tim penulis ini
diserahkan sepenuhnya kepada para pembaca. Para pembaca buku ini dapat siapa
saja : para pengambil kebijakan, praktisi lapangan, kalangan Perguruan Tinggi
khususnya mahasiswa, kalangan ilmuwan, para profesional, media massa, dan
lain-lain. Melalui tulisan ini, para pembaca diharapkan dapat menangkap makna,
nilai atau kebijaksanaan di setiap peristiwa itu dan memanfaatkannya untuk menghadapi
masalah sekarang dan yang akan datang, untuk peningkatan kesehatan masyarakat
pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Setidak-tidaknya tulisan
ini diharapkan dapat menjadi dokumen tertulis yang memperkaya dokumen-dokumen
lain, yang ternyata tidak banyak jumlahnya.
Buku
tentang sejarah atau perkembangan Promosi Kesehatan ini diberi nama
“Perkembangan Dan Tantangan Masa Depan Promosi Kesehatan Di Indonesia”, dengan
sub judul: “Dari Propaganda, Pendidikan dan Penyuluhan Sampai Promosi Kesehatan”.
Ini berarti bahwa meskipun buku ini ditulis berdasar rentetan peristiwa, tetapi
yang ingin diungkap terutama adalah makna yang dapat ditarik dari balik
rentetan peristiwa itu. Maka periodesasi atau kurun waktu perjalanan promosi
kesehatan dikaitkan dengan isu yang mengemuka serta “widom” yang dapat dipetik
di setiap periode atau kurun waktu itu. Sekali lagi yang diharapkan dari buku
ini adalah bahwa pembaca dapat belajar dari masa lalu, untuk menghadapi masalah
sekarang, serta terutama untuk menjajagi dan proaksi masa depan, sebagaimana
dikatakan oleh orang bijak yang dikutip pada awal tulisan ini.Mengenai istilah
Promosi Kesehatan sendiri juga mengalami perkembangan. Mula-mula dicetuskan di
Ottawa, Canada pada tahun 1986 (dikenal dengan “Ottawa Charter”), oleh WHO
promosi kesehatan didefinisikan sebagai: “the process of enabling people to
control over and improve their health”. Definisi tersebut diaplikasikan ke
dalam bahasa Indonesia menjadi : “Proses pemberdayaan masyarakat untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya”. Definisi ini tetap
dipergunakan, sampai kemudian mengalami revisi pada konferensi dunia di Bangkok
pada bulan Agustus 2005, menjadi: “Health promotion is the process of enabling
people to increase control over their health and its determinants, and thereby
improve their health” (dimuat dalam The Bangkok Charter).
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat
tentang hidup sehat dan pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan
cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah
tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis. Yang biasa
disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan. Mengingat tugas
kita sebgai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan bagaimana cara hidup sehat
dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang
“Promosi Kesehatan”. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948
disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai
masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi
ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan,
derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara
tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Reformasi di
bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengaruh
terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK
dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan
paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan
yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang
baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan
masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan
kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk
mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.Dalam
Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya
air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang
saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang
diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Dalam
Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang
memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka
(Health promotion is the process of enabling people to increase control over,
and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan
adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi
mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk
menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik
fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan
sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber
daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk
itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor
kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk
kesejahteraan (WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan
belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam
masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu
filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik
merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa itu promosi
kesehatan?
2.
Perkembangan keilmuan
dalam promkes!
3.
Apa itu etika dalam
promosi kesehatan?
4.
Bagaimana hubungan
dengan klien dalam etika promosi kesehatan?
5.
Bagaimana kepedulian
dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan dalam etika promosi kesehatan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengatahui
definisi promosi kesehatan.
2.
Untuk mengatahui
definisi etika promosi kesehatan.
3.
Untuk mengetahui
hubungan dengan klien dalam etika promosi kesehatan.
4.
Untuk mengetahui
kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan dalam etika
promosi kesehatan.
BAB II
ISI
2.1
Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka
dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa
masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan
kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula
berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur
terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak masalah kesehatan yang
ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare
dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat
seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci
tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan
lain-lain. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi
juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian
promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi
dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya).
Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga
meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
2.2 Faktor yang
memengaruhi masyarakat dalam pola prilaku
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah
perilakunya, yaitu
1.
Fasilitasi, yaitu bila
perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya menjadi lebih
mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
2. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam
konteks pengetahuan lokal
3. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama)
setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
4. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan
untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan
potensi yang di miliki.
Pendekatan program promosi menekankan
aspek ”bersama masyarakat”, dalam artian:
·
Bersama dengan
masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan
masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan,
·
Bersama dengan
masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang
beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan
dengan aman dan nyaman serta
·
Bersama dengan
masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau
dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.
2.3 Strategi dalam promosi kesehatan
Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi
kesehatan dapat dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan apabila :
·
Program tersebut
direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan analisis
situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor
sendiri oleh masyarakat.
·
Ada pembinaan teknis
terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada tingkat Kecamatan.
·
Ada dukungan dan
kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas program di
tingkat Kabupaten dan Propinsi.
2.4 Definisi Pendidikan kesehatan
Menurut WHO Promosi
Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus
mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah
atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). Menurut
Australian Health Foundansion Promosi kesehatan adalah program-program kesehatan
yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Promosi kesehatan adalah
kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan
peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang
menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998). Pendidikan kesehatan adalah
proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
secara kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.
2.5 Tujuan pendidikan kesehatan
Perhatian utama dalam promosi kesehatan
adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “
Visi “ merupakan sesuatu atau tujuan apa yang ingin dicapai dalam promosi
kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya.
Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan
terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta
organisasi kesehatan dunia WHO(World Health Organization).
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan
diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan
istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan
dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan
adalah sebagai berikut :
1. Advokasi(Advocation)
1. Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang
terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung
suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan
suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar
dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2.
Menjembatani(Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan.Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut.Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan.Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut.Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3.
Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
2.6 Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai
berikut :
1.
Promosi kesehatan
mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan.
2.
Promosi kesehatan mencakup
pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan
produk/jasa melalui kampanye.
3.
Promosi kesehatan adalah
upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada
penyebaran informasi.
4.
Promosi kesehatan
merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5.
Promosi kesehatan
mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi
lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan
kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana
dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).
6.
Promosi kesehatan adalah
juga pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan
masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.
2.7 Komunikasi dalam
pendidikan kesehatan
Advocacy/advokasi di bidang kesehatan
mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada
tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi
Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan
secara efektif menggunakan 3 strategi pokok,yaitu :
·
Advocacy,
·
Social support,
·
Empowerment.
Advokasi diartikan
sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.Oleh
karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil
kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di
institusi pemerintah maupun swasta.
Dalam advokasi peran komunikasi sangat
penting,sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat
khusus agar komunikasi efektif.Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut :
1.
Jelas ( clear )
2.
Benar ( correct )
3.
Konkret ( concrete )
4.
Lengkap ( complete )
5.
Ringkas ( concise )
6.
Meyakinkan ( Convince )
7.
Konstekstual ( contexual
)
8.
Berani ( courage )
9.
Hati –hati ( coutious )
10.
Sopan ( courteous )
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar
melakukan lobby politik,tetapi mencakup kegiatan persuasif ,memberikan semangat
dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para pemimpin
institusi.
Tujuan advokasi yaitu :
Ø Komitmen politik ( Political commitment )
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit
pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan
komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.
Ø Dukungan kebijakan ( Policy support )
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti
dengan advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung
program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.
Ø Penerimaan sosial (Social acceptance )
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu
program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan,maka
langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh
dukungan masyarakat.
Ø Dukungan sistem ( System support )
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau
prosedur kerja yang jelas mendukung.
Ø Ada 8 unsur dasar advokasi,yaitu :
1. Penetepan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upaya advokasi.
Ø
Ada 5 pendekatan utama
advokasi,yaitu :
1. Melibatkan para pemimpin
2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas.
2.8 Sasaran promosi kesehatan
Berdasarklan pentahapan upaya promosi
kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
1.
Sasaran Primer (primary
target)
Sasaran umumnya adalah
masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah
kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu
dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya.
Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
2.
Sasaran Sekunder
(secondary target)
Sasaran sekunder dalam
promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta
orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan
promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka
masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3.
Sasaran Tersier
(tertiary target)
Adapun yang menjadi
sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission
maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu
harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok
tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun
sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
2.9 Menetapkan Sasaran
1.
Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan
atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu
hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak), anak sekolah
untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap
sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
2.
Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut
sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok
ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan
pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh
masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh
masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini
adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial (social support).
3.
Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat,
maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan –
kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai
dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga
kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan
kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.
2.10 Menetapkan metode
dan saluran komunikasi
Merancang program komunikasi, pada tahap
ini telah dapat menentukan perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan
tepat dengan memadukan semua informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya
dikomunikasikan dengan dukungan seperti audio visual (video, film), oral
(radio), cetak (poster, leaflet), visual (flip charts).
2.11 Hubungan dengan
klien
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan
erat dengan klien/masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan pentingnya peran
tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup
bersih dan sehat. Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa
dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah
penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh
masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan
dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi
tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan
secara profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan
komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan
mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat
dan benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan
masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat
melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga
kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan
pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
2.12 Pendekatan Promosi
kesehatan
1.
Pendekatan MedikTujuan
dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang
didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit
jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan
kesakitan, mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai
contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita
untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk
dilakukan screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari
tindakan pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat
kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2.
Pendekatan Perubahan
Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu
masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “. Contohnya antara
lain mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok, pendidikan tentang minum
alcohol “ wajar “, mendorong orang untuk melakukan latihan olahraga, memelihara
gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan
pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat “merupakan hal paling
baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk
mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang
menguntungkan.
3.
Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan
pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang
ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan
dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka
sendiri. Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi
praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan
sekolah, misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup
sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang mendukung
pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses pendidikan, akan menghargai
hal individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai
tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang
mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
4.
Pendekatan Berpusat Pada
Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu
mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat
keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai
mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu
orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan
serta ketrampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan.
Pemberdayaan diri sendiri klien dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien
dihargai sama yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan
kesehatan mereka sendiri.
5.
Pendekatan Perubahan
Sosial
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada
lingkungan fisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung
untuk keadaan yang sehat. Contohnya adalah mengubah masyarakat, bukan pada
pengubahan perilaku individu-individunya. Orang-orang yang menerapkan
pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah
masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik
di berbagai tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat
daripada pembentukan kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat
itu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Promosi Kesehatan merupakan upaya
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran
dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.
Menurut para ahli, etika tidak lain
adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya
dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik. Tenaga
kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal ini
ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah
perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.Program promosi perilaku
hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan
pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui
pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai
dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan
mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997;
UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3
teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian – penelitian kesehatan yaitu :
1.
Teori Lawrence Green
Ada
2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu Behavioral factor (faktor
perilaku) dan Non Behavioral factor (faktor non perilaku). Dan faktor tersebut
ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
·
Faktor – faktor
predisposisi, yaitu faktor – faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan sebagainya.
·
Faktor – faktor
pemungkin, yaitu faktor – faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi
perilaku atau tindakan.
·
Faktor – faktor
penguat, yaitu faktor- faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku.
2. Teori
Snehandu B.Karr
Mengidentifikasi adanya
5 determinan perilaku, yaitu :
a. Adanya
niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau
stimulus diluar dirinya
b. Adany
dukungan dari masyarakat sekitar (social support)
c. Terjangkaunya
informasi, yaitu tersedianya informasi – informasi terkait dengan tindakan yang
akan di ambil oleh seseorang
d. Adanya
otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan
e. Adanya
kondisi dan situasi yang memuingkinkan
3. Teori
WHO
Ada
4 determinan yaitu :
a. Pemikiran
dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya
acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c. Sumber
daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat
d. Sosio
budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang.
3.2
Saran
Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan kita dalam Promosi kesehatan tentang
bagaimana perkembangan keilmuan dalam promosi kesehatan. Kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar ke
depannya akan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo,
Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Novita,
Nesi. 2011. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika
Mubarak, Wahit
Iqbal. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar