Rabu, 22 November 2017

Immunitas Innate



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sistem imun merupakan sistem koordinasi respon biologi yang bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yag berbahaya di lingkungan yag dapat merusak dirinya. Mekanisme imunitas terhadap antigen yang berbahaya meliputi pertahanan fisik dan kimiawi, simbiosis dengan bakteri flora normal, innate imunity serta imunitas spesifik yang didapat.
       Tubuh manusia memberi proteksi terhadap seluruh bagian tubuh dengan berbagai mekanisme. Kebanyakan dalam mekanisme tersebut berfungsi sejak waktu kelahiran dan disebut kekebalan bawaan yang termasuk didalamnya adalah leukosit Kulit yang masih utuh merupakan rintangan yang secara normal tidak dapat ditembus oleh bakteri atau virus, meskipun goresan sangat kecil sekalipun memungkinkan masuknya mikroorganisme Imunitas innate merupakan mekanisme pertahaan tubuh non-spesifik yang mencegah masuknya dan menyebarnya mikroorgaisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan. Pada imunitas innate makrofag dan neutrofil memegang peranan penting sebagai pertahanan pertama dalam melawan mikroorganisme patogen.
       Tubuh memiliki system imun untuk melindungi tubuh itu sendiri dari berbagai mikroba pathogen yang membahayakan. Sistim imun terdiri dari dua macam yaitu system innate imun atau bawaan dan system imun adaptif. Kedua macam system imun ini memiliki komponen-komponen sendiri-sendiri yang intinya saling bekerja sama untuk memberikan pertahanan bagi tubuh sehingga tidak mudah terserang oleh berbagai penyakit khususnya yang ditimbulkan dari mikroba pathogen. Respon imun ialah tanggapan terhadap substansi asing yang masuk kedalam tubuh, misalnya: mikroorganisme, bakteri, virus, parasit dan molekul besar protein, polisakarisa.
Ada 2 respon aktivitas imun yang saling mempengaruhi, yaitu:
a.       Pengenalan (recognition), untuk:
-          Menegenal dan mendeterminasi substansi asing secara spesifik
-          Menyeleksi molekul yang bersifat imunogenik
-          Membedakan komponen sendiri (selft) dari substansi asing (non self)
b.      Tanggapan (respon), untuk:
Mengerahkan macam-macam seldan molekul sehngga menghasilkan reaksi yang sesuai dan tepat untuk melawan dan menetralkan substansi/organisme yang masuk.
1.2  Rumusan Masalah
1.  Bagaimana pengenalan mikroba oleh sistem imunitas innate?
2.   Apa saja komponen imunitas innate?
3.   Bagimana Penghindaran mikroba dari imunitas innate?
4.   Bagaimana peran imunitas innate dalam menstimulasi respon imunitas adaptif?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengenalan mikroba oleh sistem imunitas innate
2.      Mengetahui komponen imunitas innate
3.      Mengetahui Penghindaran mikroba dari imunitas innate
4.      Mengetahui peran imunitas innate dalam menstimulasi respon imunitas adaptif


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Mikroba Oleh Sistem Imunitas Innate
Innate imunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk mengeliminasi mikroba atau pathogen bagi tubuh. Innate imunity merupakan kekebalan non spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan di eliminasi tanpa memperhatikan jenis dari mikroba itu. Pada immunitas bawaan ini memiliki 2 sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat ke dua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam mikroba pathogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikriba pathogen meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi anti mikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofak, sel dendrite, dan neutrofil. Sedangkan inflamsi merupakan respon tubuh terhadap sel yang rusak, respon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak.
       Respon imun bawaan adalah respon non-spesifik, yang berarti itu diaktifkan hanya dengan kehadiran pathogen. Sel-sel dari sistem bawaan menanggapi pathogen dengan cara yang umum yang sangat umum. Tanggapan mereka tidak berubah, terlepas dari jenis patogen yang terlibat. Ciri kunci lain dari respon imun bawaan adalah bahwa ia tidak memiliki memori, dan tidak dapat memicu perkembangan memori.
       Imunitas alamiah terhadap bakteri ekstraseluler adalah respon imun alamiah terhadap bakteri ekstraseluler terutama melalui mekanisme fagositosis oleh neutrofil monosit serta makrofag jaringan. Resistensi bakteri terhadap fagositosis dan penghancuran dalam makrofag menunjukan virulensi bakteri. Aktivasi komplemen tanpa adanya antibodi juga memegang peranan penting dalam eliminasi bakteri eksraseluler. Lipopolisakarida (LPS) dalam dinding bakteri gram negative dapat mengaktivasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibodi. Salah satu hasil aktivasi komplemen ini yaitu mempunyai efek opsonisasi bakteri serta meningkatkan fagositosis. Selain itu terjadi lisis bakteri melalui membrane attack complex (MAC) serta beberapa hasil sampingan aktivasi komplemen dapat menimbulkan respons inflamasi melalui pengumpulan (recruitment) seta aktivasi leukosit.
 Endotoksin yang merupakan LPS merangsang produksi sitokinin oleh makrofag serta sel lain seperti endotil vascular. Fungsi fisiologis yang utama dari sitokin yang dihasilkan oleh makrofag adalah merangsang inflamasi non spesifik serta meningkatkan aktivasi limfosit spesifik oleh antigen bakteri. Sitokinin akan menginduksi neutrofil dan monosit pada endotel vascular pada tempat infeksi yang diikuti migrasi, akumulasi local serta aktivasi sel inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi dalah akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk eliminasi bakteri tersebut. Sitokinin juga merangsang demam dan sintesis protein fase akut Imunitas alamiah terhadap bakteri intraseluler.
       Mekanisme terpenting imunitas alamiah terhadap mikroorganisme intraseluler adalah fagositosis akan tetapi bakteri pathogen intraseluler relative resisten terhadap degradasi dalam sel fagosit mononuclear. Oleh karna itu mekanisme kekebalan alamiah ini tidak efektif dalam mencegah penyebaran infeksi sehingga sering menjadi kronik dan eksaserbasi yang sulit diberantas.
2.2 Komponen Imunitas Innate
    Imunitas innate berupa komponen normal tubuh selalu ditemukan pada individu dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Semua mekanisme pertahanan ini merupakan bawaan (innate), artinya pertahanan tersebut secara alamiah ada dan tidak adanya pengaruh secara intrinsik oleh kontak dengan gen infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan ini berperan sebagai garis pertahanan pertama dan penghambat kebanyakan pathogen potensial sebelum menjadi infeksi yang tampak. Komponen imunitas innate yaitu:
1.      Barrier epitel
Tempat masuknya mikroba yaitu kulit, saluran gastrointestinal, dan saluran pernafasan dilindungi oleh epitel yang berfugsi sebagai barrier fisik dan kimiawi terhadap infeksi. Sel epitel memproduksi anibodi peptida yang dapat membunuh bakteri. Selain itu, epitel juga mengandung limfosit intraepitelial yang mirip dengan sel T namun hanya mempunyai reseptor antigen yang terbatas jenisnya. Limfosit ini dapat mengenali lipid atau struktur lain pada mikroba.
2.      Sistem fagosit
Terdapat dua jenis fagosit di dalam sirkulasi yaitu neutrofil dan monosit, yaitu sel darah yang dapat datang ketempat infeksi kemudian mengenali mikroba intraseluler dan memakannya (intracellular killing).
3.      Sel natural killer (NK)
Sel natural killer adalah suatu limfosit yang berespons terhadap mikroba intraseluler dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi sitokinin untuk mengaktivasi makrofag. Sel NK berjumlah 10% dari total limfosit di darah dan organlimfoid perifer. Sel NK dapat mengenali sel penjamu yang sudah berubah akibat terinfeksi mikroba. Sel NK mempenyai berbagai reseptor untuk molekul sel penjamu, sebagian reseptor akan mengaktivasi sel NK dan sebagian lainnya menghambatnya. Reseptor pengaktivasi bertugas untuk mengenali fagosit yang mengandung virus dan bakteri.
4.      Sistem komplemen
Sistem komplemen merupakan sekumpulan protein dalam sirkulasi yang penting dalam pertahanan terhadap mikroba. Banyak protein komplemen merupakan enzim proteolitik. Aktivasi komplemen membutuhkan aktivasi bertahap enzim-enzim ini. Protein yang teraktivasi berfungsi sebagai enzim proteolitik untuk memecah protein omplemen lainnya. System komplemen mempunyai tiga fungsi sebagai mekanisme pertahanan. Pertama, C3b menyelubungi mikroba sehingga mempermudah mikroba berikatan dengan fagosit. Kedua, hasil pemecahan komplemen bersifat kemoatraktan untuk neutrophil dan monosit, serta menyebabkan inflamasi ditempat aktivasi komplemen. Ketiga, tahap akhir dari aktivasi komplemen berupa pembentukan membrane attack complex (MAC).
5.      Sitokinin
Sebagai respon terhadap mikroba, makrofag dan sel lainnya mensekresi sitokin untuk memperantai reaksi seluler pada imunitas non spesifik. Sitokinin merupakan protein mudah larut yang berfungsi untuk komunikasi antar leukosit dan antara leukosit dengan sel lainnya. Sitokinin diproduksi dalam jumlah kecil sebagai respon terhadap stimulus eksternal. Sitokinin ini kemudian berikatan dengan reseptor di sel target. Pada respon imun non spesifik banyak makrofag akan teraktivasi dan mensekresi sejumlah besar sitokin yag dapat bekerja jauh dari tempat sekresinya.
6.      Protein plasma
Berbagai protein plasma yang diperlukn untuk membantu komplemen pada pertahanan melawan infeksi. Mannose-binding (MBL) di plasma bekerja dengan cara mengenali karbohidrat pada glikoprotein permukan mikroba dan menyelubungi mikroba untuk mempermudah fagositosis atau mengaktivasi komplemen melalui jalur lectin. C-reactive protein (CRP) terikat ke fosforikolin di mikroba dan menyelubungi mikroba tersebut untuk difagosit. Kadar protein plasma ini akan meningkat cepat pada infeksi. Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
2.3 Penghindaran Imunitas Innate dan Mikroba
Mikroba patogen dapat mengubah diri menjadi resisten terhadap imunitas nonspesifik sehingga dapat memasuki sel penjamu. Beberapa bakteri intraseluler tidak dapat didestruksi didalam fagosit. Listeria monocytogenes menghasilkan suatu protein yang membuatnya lepas dari vesikel fagosit dan masuk ke sitoplasma sel fagosit. Dinding sel mycobacterium mengandung suatu lipid yang akan menghambat penggabungan fagosom dengan lisosom berbagai. Mikroba lain mempunyai dinding sel yang tahan terhadap komplemen. Mekanisme ini digunakan juga oleh mikroba dalam melawan mekanisme efektor pada imunitas seluler dan humoral.
2.4 Peran Imunitas Innate dalam Menstimulasi Respon Imunitas Adaptif
Imunittas innate atau imunitas non-spesifik juga berfungsi untuk menstimulasi imunitas spesifik. Respon imun non-spesifik akan menghasilkan suatu molekul yang bersama-sama dengan antigen mengaktivasi limfosit T dan B. aktivasi limfosit yang adaptif terhadap suatu antigen membutuhkan dua sinyai yaitu sinyal petama adalah antigen itu sendiri, sedangkan mikroba adalah respon imun non-spesifik terhadap mikroba, dan sel penjamu yang rusak akibat mikroba merupakan sinyal kedua. Adanya sinyal kedua ini memastikan bahwa limfosit hanya berespon terhadap bahan-bahan agen infeksius, dan tidak berespon terhadap bahan-bhan non-mikroba. Pada vaksinasi respon imun spesifik atau adaptif dapat dirangsang oleh antigen, tanpa adanya mikroba. Dalam hal ini, pemberian antigen harus disertai dengan bahan tertentu yang disebut adjuvant yang akan merangsang respon imun non spesifik seperti halnya mikroba.
       Mikroba dan interferon gamma yang dihasilkan oleh sel natural killer (NK) akan merangsang sel dendrit dan makrofag untuk memproduksi 2 jenis pengaktivasi limfosit. Pertama sel dendrit dan makrofag mengekspresikan petanda permukaan yang disebut ko-stimulator. Ko-stimulator ini akan berikatan dengan reseptor sel T, kemudian bersama-sama dengan mekanisme pengenalan antigen akan mengaktivasi sel T. kedua sel T menjadi sel efektor pada imunitas seluler.
Sistem pertahanan imunitas innate efektif untuk melawan berbagai macam patogen. Namun demikian sistem ini kerjanya juga terbatas karena mengandalkan reseptor yang terbentuk selama proses perkembangannnya, sedangkan mikroorganisme dapat berubah melebihi kecepatan host menyelaraskan sistem imun yang ada. Hal ini menjelaskan mengapa sistem imunitas innate hanya dapat mengenali mikroorganisme yang membawa molekul yang umumnya sama untuk semua jenis patogen yang secara evolusi kemampuan tersebut telah terpelihara. Imunitas innate akan bekerja dengan cepat terhadap agen apapun yang masuk, termasuk mikroorganisme yang mempunyai kecepatan berevolusi sangat tinggi selama reseptor nonspesifik dapat mengenalinya. Sistem imunitas innate dapat mengenali struktur molekul yang berada pada patogen yang umumnya tidak dimiliki host. Telah diketahui bahwa bakteri patogen dapat terus melakukan perubahan struktur kapsul sehingga terhindar dari pengenalan sel-sel fagosit. Virus membawa berbagai macam molekul yang secara umum berbeda dengan bakteri dan jarang dapat dikenali langsung oleh makrofag. Namun demikian virus dan bakteri berkapsul dapat diambil oleh sel dendritik dengan proses makropinositosis yang tidak tergantung pada reseptor, sehingga molekul yang menunjukkan sifat sebagai penginfeksi bisa diketahui, dan sel dendritik teraktivasi akan mempresentasikan antigen pada limfosit. Mekanisme pengenalan pada sistem imunitas adaptif yang dilakukan oleh sel limfosit telah berevolusi untuk mengatasi keterbatasan imunitas innate. Adanya evolusi itu memungkinkan terjadinya pengenalan terhadap diversitas antigen yang tak terbatas, sehingga setiap antigen dapat menjadi target bagi limfosit yang spesifik.
Setiap sel limfosit yang masuk pada sirkulasi darah hanya memiliki satu macam reseptor yang spesifik untuk satu macam antigen. Sifat spesifik limfosit ini terbentuk selama proses perkembangan limfosit mulai pada sumsum tulang dan timus untuk membentuk varian gen yang menyandi molekul reseptor limfosit. Karena setiap sel limfosit mempunyai reseptor yang spesifikasinya berbeda satu dengan yang lain, maka setiap individu mempunyai  berjuta-juta klon sel limfosit, lymphocyte receptor repertoire. Selama hidup manusia limfosit mengalami proses yang mirip seleksi alam. Hanya limfosit yang menemukan antigen yang dapat teraktivasi dan berubah menjadi sel efektor. Clonal selection theory, sebenarnya telah berkembang sejak tahun 1950. Pada saat itu Macfarlane Burnet beranggapan bahwa di dalam setiap individu telah tersedia sel-sel yang mempunyai potensi menghasilkan antibodi yang berbeda-beda. Jika sel tersebut mengikat antigen yang sesuaiakan teraktivasi dan membelah menjadi progeni yang identik, yang disebut klon. Sel yang teraktivasi itu sekarang dapat mensekresi antibodi yang sama, dan mempunyai spesifikasi yang sama pula dengan reseptor yang pertama kali terstimuli.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·         Imunitas innate merupakan mekanisme pertahaan tubuh non-spesifik yang mencegah masuknya dan menyebarnya mikroorgaisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan.
·         Komponen imunitas innate yaitu: Barrier epitel, Sistem fagosit, Sel natural killer (NK), Sistem komplemen, Sitokinin, Protein plasma lainnya.
·         Mikroba patogen dapat mengubah diri menjadi resisten terhadap imunitas non-spesifik sehingga dapat memasuki sel penjamu.
·         Imunittas innate atau imunitas non-spesifik juga berfungsi untuk menstimulasi imunitas spesifik.
3.2 Saran
Kita perlu menambah wawasan pengetahuan mengenai bagaimana cara kerja atau mekanisme imunitas innate (bawaan) dan juga perlu mengetahui mengenai mikroba yang resisten terhadap imunitas innate dalam tubuh kita sehingga dengan ini dapat meningkatkan perilaku kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

Eprints.undip.ac.id/44549/3/Dinda_Sekar_Paramitha_22010110120033_Bab2KTI.pdf
 Fedik A.Rantam. 2003. Metode Imunologi. Jakarta: Universitas Airlangga.
IMUNITASINNATE-DAN-ADAPTIF.pdf
Munasir Z. Respon Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri
Muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/BAB-V.-PRINSIP-UMUM
Pacito. 2010. Sistem Imunitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budaya dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan social. Budaya mempunyai peranan p...