BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengolahan
makanan adalah suatu proses
mengolah bahan makanan dari mentah menjadi bahan makanan siap saji yang dalam
prosesnya dapat menggunakan penerapan panas atau tidak. Memasak (cooking) adalah suatu proses penerapan panas pada bahan makanan dengan
tujuan tertentu. Dengan demikian proses memasak hanya berlangsung selama panas
mengenai atau dierapkan pada suatu bahan makanan.
Memasak
adalah sebuah cara menstanformasi bahan makanan menjadi sesuatu yang berbeda.
Tranformasi makanan pada umumnya memerlukan pemanas yang diperoleh dengan cara
memindahkan energi dari sumber-sumber panas ke makanan, sehingga molekul yang
terdapat pada makanan berubah cepat dan bereaksi ke bentuk dan struktur baru.
Metode memasak dengan teknik merebus, mengukus dan menggoreng menunjukkan ada
perbedaan bentuk cara pemindahan panas yaitu melalui perantara air, uap air dan
minyak goreng.
Tujuan memasak antara lain, sebagai berikut:
1. Membuat makanan lebih mudah dicerna di dalam perut.
Selama
proses memasak, maka panas yang diterima oleh makanan itu akan menghancurkan
dan melembutkan jaringan-jaringan yang terdapat pada makanan tadi. Dengan
penghancuran jaringan-jaringan ini maka makanan akan lebih mudah dicerna atau
dihancurkan di dalam perut.
2. Membuat makanan aman untuk dimakan, artinya
tidak mengandung zat-zat racun dan bebas dari bibit penyakit yang mungkin
menyebabkan keracunan. Misalnya daging babi yang mengandung cacing pita atau
ikan yang menyebabkan alergi pada proses memasak, pada derajat panas tertentu
akan membunuh cacing atau menetralisirzat-zat racun yang terkandung di
dalamnya.
3. Meningkatkan rasa makanan yang dimasak dan member
aroma yang lebih sedap, misalnya pada ikan atau daging yang
dibakar (grilling) atau ditumis.
4. Meningkatkan penampilan warna makanan yang dimasak,
misalnya daging ayam yang putih akan berubah menjadi coklat keemasan (golden
brown) dan menarik apabila digoreng (frying).
5. Melengkapi/menyeimbangkan kandungan gizi (jika
dicampur dengan bahan lain).
Sebelum
memulai proses pengolahan makanan diperlukan langkah-langkah menyiapkan
bahan-bahan makanan yang dibutuhkan. Tahapan ini bisa terlewati semua ataupun
berhenti pada tahap tertentu.
Ada
beberapa istilah pemindahan energi panas yang digunakan dalam metode memasak
yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Istilah konduksi digunakan apabila antara
bahan makanan dengan medium penghasil panas terjadi kontak langsung. Konveksi
digunakan apabila selama proses pengolahan terjadi pemindahan panas yang
disebabkan oleh perubahan dalam cairan yang menjadi sumber panas. Selama
konveksi, panas dihantarkan oleh perubahan molekul dalam cairan seperti air,
uap udara dan gas. Radiasi digunakan apabila proses pematangan bahan makanan
diperoleh dari energi murni yang memancarkan panas dan mikrowave
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Pengukuran Bahan Makanan?
2.
Bagaimana
Penimbangan Bahan Makanan?
3.
Apa
saja Metode Memasak/Teknik Pemasakan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui bagaimana mengukur bahan makanan?
2.
Untuk
mengetahui bagaimana menimbang bahan makanan?
3.
Untuk
mengetahui berbagai teknik pemasakan?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengukuran dan Penimbangan Bahan Makanan
2.1.1 Pengukuran Bahan Makanan
Pengukuran
bahan sangat penting bagi seseorang yang baru belajar memasak agar menghasilkan
masakan yang pas dan stabil mutunya. Resep baku dihasilkan dari pengukuran
bahan yang telah diteliti proporsinya secara berulang-ulang. Hal ini menandakan
bahwa siapapun yang mengolah makanan dari resep yang sudah dibakukan akan
menghasilkan kualitas masakan yang sama karena bahan, alat dan prosedur
pembuatan yang digunakan sama. Proporsi bahan yang telah diukur dan ditimbang
dengan seimbang dapat menghasilkan masakan yang pas, baik tekstur maupun
kelezatannya.
Pengukuran
pada umumnya dilakukan terhadap bahan cair dan penimbangan dilakukan terhadap
bahan kering. Dalam skala rumah tangga, penggunaan beberapa bahan makanan
kering kurang praktis apabila dilakukan melalui proses penimbangan terutama
untuk bumbu-bumbu yang penggunaannya hanya sedikit. Untuk menjaga kualitas dan
kestabilan hasil masakan, ukuran bahan kering dalam skala rumah tangga
dikonversi dengan alat ukur rumah tangga seperti sendok dan cangkir (cup). Ada
tiga peralatan dasar yang digunakan untuk mengukur bahan-bahan masakan, yaitu:
1.
Mengukur
dengan Sendok
Resep masakan sering
ditulis dengan menggunakan takaran sendok teh (sdt)/tea spoon (tsp) atau sendok
makan (sdm)/table spoon (tbs). Seperangkat alat pengukuran dengan menggunakan
sendok terdiri dari lima macam sendok ukur dengan takaran: 1/8 sdt, ¼ sdt, ½ sdt,1
sdt dan 1 sdm. Ketelitian hasil pengukuran dengan menggunakan sendok agak
diragukan, oleh sebab itu bahan-bahan yang diukur dengan sendok pada umumnya
berupa bahan yang tidak berpengaruh besar pada hasil masakan. Bahan makanan
yang banyak menggunakan alat ukur sendok ini antara lain garam, lada, penyedap
makanan, pewarna dan bumbu-bumbu lainnya.
Takaran
dengan sendok tidak menjamin hasil pengukuran yang sama karena saat ini
terdapat berbagai jenis dan ukuran sendok. Agar hasil pengukuan lebih teliti,
gunakanlah sendok yang bentuknya mendekati standar, tidak terlalu bersar atau
terlalu kecil. Takaran dengan sendok ada yang menggunakan istilah ‘peres’ atau
penuh. Pada saat ukuran sendok yang diminta berupa ‘peres’, gunakanlah punggung
pisau untuk meratakan permukaan tepung tersebut. Bahan-bahan yang sering
menggunakan cara pengukuran ini antara lain tepung, gula, susu bubuk, dll.
2.
Mengukur Bahan
Cair dengan Gelas Ukur
Bahan cair (air, susu,
santan, minyak) paling tepat diukur dengan gelas atau gelas ukur. Bahan cair
mempengaruhi konsistensi adonan, oleh sebab itu pengukuran bahan cair sebaiknya
dilakukan dengan teliti. Ketelitian pengukuran bahan cair dapat dibantu oleh
alat pengukurnya. Memilih alat ukur bahan cair sebaiknya disesuaikan dengan
jumlah bahan yang akan diukur. Bahan cair yang berjumlah sedikit sebaiknya
diukur dengan menggunakan gelas ukur yang mempunyai diameter kecil sedangkan
bahan cair yang berjumlah banyak akan lebih efisien apabila diukur dengan
menggunakan gelas ukur berdiameter besar. Gelas ukur berdiameter kecil dapat
memperoleh hasil pengukuran yang lebih teliti. Semakin kecil diameter gelas
ukur yang digunakan maka semakin teliti hasil pengukuran yang diperoleh.
Membaca
hasil pengukuran bahan cair memerlukan teknik tertentu. Agar bahan cair yang
diukur pas, sesuai dengan permintaan yang tertulis dalam resep masakan, maka
letakkanlah gelas ukur pada tempat yang datar. Lihat volume yang ditunjukkan
oleh angka yang menempel pada dinding luar gelas ukur tersebut. Jangan
sekali-kali melihat volume bahan cair sambil mengangkat gelas ukur tersebut,
karena permukaan bahan yang diukur pasti herubah ubah dan tidak rata. Tangan
tidak mampu untuk menahan berat gelas ukur dengan stabil sehingga bahan cair
yang berada di dalamnya dapat miring kekanan maupun ke kiri yang menyebabkan
hasil pengukuran tidak teliti.
Pengukuran
bahan cair dengan alat ukur rumah tangga (URT) dapat disetarakan hasilnya
dengan pengukuran bahan cair yang menggunakan gelas ukur baku. Alat ukur rumah
tangga yang dianggap baku adalah jika digunakan untuk mengukur bahan cair
hasilnya mendekati ketentuan yang berlaku umum sebagai berikut.
1 sdt = 5
mililiter
1 sdm = 3 sdt =
15 mililiter
1 cup (c) = 250
mililiter
Variasi
bentuk dan ukuran alat rumah tangga yang berkembang saat ini menyebabkan alat
tersebut tidak dapat digunakan sebagai alat pengukur bahan makanan karena hasil
pengukuran berada di luar ketentuan yang dimaksud dalam resep. Sebagai contoh:
gelas minum (cup) yang dipakai untuk gelas ukur adalah gelas yang berukuran
sedang, sederhana dan tanpa motif seperti gelas belimbing yang paling umum
digunakan di rumah tangga.
2.1.2
Penimbangan Bahan Makanan
Pengukuran
berat bahan makanan lazim dilakukan dengan cara penimbangan. Alat penimbang
mempunyai kapasitas penimbangan berat bahan yang bervariasi. Alat penimbang
yang menggunakan peer mempunyai kapasitas berat bahan yang ditimbang
berkisar antara 1 kg sampai dengan 5 kg. Alat penimbang yang mempunyai
kapasitas kecil pada umumnya mempunyai ketelitian sampai 10 gram. Alat penimbang
yang berkapasitas lebih besar, menunjukkan ketelitian paling kecil 100 gram.
Pada saat ini telah terdapat berbagai macam alat penimbang digital yang
mempunyai ketelitian lebih kecil lagi. Alat penimbang yang mempunyai ketelitian
sampai 10 gram lebih tepat untuk dipilih dalam pengolahan makanan skala rumah
tangga karena banyak resep-resep masakan porsi kecil yang menggunakan ukuran
dalam jumlah di bawah 100 gram. Alat penimbang menggunakan skala keseimbangan (balance
scale). Alat ini bekerja dengan cara menyeimbangkan bahan yang ditimbang
dengan skala ukuran berat dalam satuan-satuan tertentu.
2.2
Metode Memasak (Teknik Pemasakan)
2.2.1 Memasak dengan Konveksi Air
1. Merebus
(Boiling)
Boiling adalah
proses memasak makanan didalam air mendidih, atau memasak makanan berbasis pada
cairan seperti kaldu, santan atau susu yang direbus. Ketika bahan cair
dipanaskan sampai titik didih (1000C), maka terjadi vaporisasi (penguapan)
cairan secara cepat. Merebus terjadi dalam tiga tahap yaitu nucleate, transition
dan film boiling sesuai suhu perebusan yang bertingkat dari suhu
panas yang rendah sampai ke suhu panas tinggi.
Nucleate boiling adalah karakteristik perebusan yang baru dimulai dan
mulai tampak gelembung air. Jumlah gelembung yang seperti sel inti (nucleat)
dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan suhu perebusan. Dalam keadaan
khusus, perebusan dapat ditunda apabila air perebus bergolak terlalu berlebihan
dengan cara menghentikan perebusan secara tiba-tiba.
Penguapan mulai terjadi pada
saat suhu permukaan cairan yang direbus telah mencapai nilai maksimum.
Karakteristik film boiling terjadi selama proses perebusan sedang
mengalami penguapan, kemudian sumber panas dihentikan secara tiba-tiba. Lapisan
uap yang berada di atas permukaan cairan dinamakan film boiling.
Transition boiling adalah perebusan yang tidak stabil, hal ini terjadi
karena suhu perebusan diubah-ubah antara suhu maksimum (nucleation) dan
minimum (film boiling). Air perebus yang
memiliki suhu tinggi dapat menyebabkan bahan yang direbus menjadi cepat masak.
Peningkatan suhu dapat dilakukan dengan menutup panci perebus sehingga uap air
dari air yang mendidih tidak keluar. Uap air yang tertahan di dalam panci dapat
meningkatkan tekanan udara yang mempercepat proses pemasakan bahan makanan.
Memasak dengan cara merebus (boiling)
memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan. Keuntungan yang diperoleh pada saat
menggunakan metode boiling adalah:
a.
Bahan makanan
menjadi lebih mudah dicerna
b.
Metode ini sesuai
untuk memasak dalam skala besar.
c.
Memperoleh flavor
khas dari zat yang terkandung dalam bahan makanan
d.
Metode cukup aman
dan sederhana, dapat membunuh bakteri pathogen
e.
Nilai gizi dan
warna sayuran hijau dapat dipertahankan secara maksimum ketika waktu memasak
diminimalis dan api diperbesar. Panas yang tinggi selama proses perebusan dapat
membuat sayuran cepat matang meskipun waktu memasak cuma sebentar.
Sedangakan kelemahan dari metode boiling
adalah:
a.
Kehilangan vitamin
yang mudah larut dalam air.
b.
Air perebus
terkontaminasi oleh lapisan panci yang dapat larut, oleh sebab itu bahan dan
alat perebus harus sesuai sehingga tidak menimbulkan reaksi yang berbahaya.
Alat-alat masak yang terbuat dari pirex, stainles dan aluminium cukup aman
digunakan, sedangkan alat masak yang terbuat dari besi atau tembaga kurang
bagus digunakan karena besi mudah berkarat.
c.
Makanan terlihat
kurang menarik apabila proses perebusan lama karena terjadi perubahan warna
sayuran hijau menjadi kusam dan kekuning-kekuningan.
Boilling membutuhkan waktu lebih lama untuk merebus sayur karena
batas waktu yang digunakan adalah sampai sayuran tersebut matang. Untuk
mengetahui sayuran tersebut telah matang atau belum, ambilah satu potongan
sayur, tusuk dengan pisau atau garpu, apabila sayuran telah lunak berarti sayur
tersebut sudah matang
2. Simmering
Simmering adalah teknik memasak makanan dalam cairan panas yang
dijaga pada titik didih air yaitu rata-rata pada suhu 100°C (212°F). Untuk
menjaga suhu air tetap berada dalam posisi stabil, kecilkan api pada saat
gelembung air mulai terbentuk pada awal air akan mendidih. Awal simering dapat
dimulai ketika air berada pada suhu sekitar 94°C atau 200°F. Simmering menjamin
perlakuan yang lebih halus dari perlakuan boiling untuk mencegah makanan
tersebut mengalami kerusakan tekstur.
Simmering termasuk teknik boiling tetapi api yang
digunakan untuk merebus kecil dan mantap karena proses memasak yang dikehendaki
berlangsung lebih lama. Simmering diperlukan dalam berbagai prosedur memasak
seperti pada saat membuat kaldu, bakso, memasak sayur dan lauk pauk. Pada saat
membuat kaldu, simmer diperlukan pada proses menjernihkan kaldu. Busa yang
dihasilkan dari ekstrak daging yang direbus, akan mudah diambil (skeam) pada
permukaan air mendidih yang tidak terlalu banyak bergolak. Bulatan bakso juga
dapat masak dengan sempurna (tidak pecah) apabila dimasukkan pada air perebus
pada suhu simmering. Ketika memasak sayur, simmer dilakukan untuk menunggu
bahan yang dimasak matang dan agar bumbu masakan meresap ke dalam bahan
makanan. Mengolah masakan yang berkuah santan juga menggunakan teknik simmer
supaya santan yang direbus tidak pecah.
3.
Poaching
Poaching berada
di antara simmering dan boiling yaitu proses merebus bahan
makanan yang dilakukan dengan perlahan-lahan. Api yang digunakan untuk teknik poach
berpanas sedang sehingga gelembung air perebus kecil-kecil. Proses
pematangan bahan yang direbus dengan teknik poaching berjalan lambat.
Poaching sering dilakukan untuk memasak telur, ayam, ikan dan buah.
Cairan poaching dinamakan
court bouillon. Secara klasik court bouillon berisi bahan yang berasa asam
seperti wine, cuka, atau lemon juice. Cairan poaching dapat diambil dari kaldu
yang menggunakan bahan pengharum kaldu seperti bouquet garni dan mirepoix.
Cairan dipanaskan sekitar 160-185°F (70-85°C). Poached eggs secara umum dimasak
dalam air yang ditambah cuka, ikan dimasak dalam white wine, ayam dalam kaldu
dan buah ditambah red wine.
4.
Blanching
Blanching adalah
teknik memasak dengan cara merebus sayuran atau buah ke dalam air yang telah
mendidih dalam waktu cepat. Blanching sering digunakan dalam proses
persiapan (preparing) bahan makanan (sayur atau buah) yang akan diolah
lebih lanjut menjadi bentuk makanan lain. Bahan makanan yang diblanch
dimasukkan ke dalam air mendidih selama 1-2 menit. Setelah direbus, sayur atau
buah yang diblanching segera diangkat dan dicelupkan ke dalam air es untuk
menghentikan proses pemasakan lanjut. Proses ini menjamin warna sayuran hijau
tetap berwarna hijau setelah mengalami proses pengolahan.
Sayuran yang di blanching
adalah sayuran yang disajikan dalam keadaan dingin. Beberapa sayuran yang
menggunakan metode blanching adalah brokoli, buncis, wortel, asparagus, dll.
Pada umumnya, hasil olahan blanching digunakan untuk salad dan pendamping
makanan pokok (side dish). Cara yang dianjurkan adalah: rebus air dengan
1 sendok makan garam untuk memberi rasa. Rebus sayuran selama 1-2 menit
tergantung pada kekerasan sayur tersebut, apabila sayur bertekstur keras maka
waktu yang dibutuhkan lebih lama. Setelah sayuran direbus kemudian ditiriskan
dan langsung dimasukkan ke dalam air es agar tidak terjadi pemasakan lanjut.
Blanching menjamin warna sayuran tetap segar seperti semula.
Gunakan air perebus sayuran tadi untuk merebus sayuran lain yang masih sama
jenisnya. Selama air perebus tersebut masih jernih, maka air perebus masih
dapat digunakan untuk merebus sayuran lain.
5.
Braising
Braising berasal dari bahasa Perancis ‘braiser’ yaitu teknik
memasak dengan pemanasan lembab/basah (moist heat). Tahap awal proses
pengolahan dengan teknik braising dimulai dengan cara membakar (searing) atau
memanggang (roasting) bahan makanan sampai permukaannya berwarna coklat.
Setelah permukaan makanan tersebut berwarna coklat, bahan makan yang diolah
dengan braising diberi cairan kemudian dimasak dengan suhu rendah dalam panci
tertutup (direbus) atau dioven dalam pan yang tertutup. Aroma bahan yang
dipanggang atau dibakar menjadi lebih enak dan flavornya meningkat.
Panas tidak langsung di dalam
oven akan memasak makanan dengan hasil yang lebih bagus dan merata
kematangannya. Cairan yang digunakan untuk braising dapat ditambah dengan
tomat, wine, atau kaldu. Agar bahan makanan yang di brais tidak bersentuhan
langsung dengan pan, yang dapat menyebabkan bahan makanan gosong atau lengket,
maka bagian dasar pan dapat diisi dengan mirepoix (campuran bawang bombay,
wortel dan seledri). Setelah proses braising selesai, sisa cairan yang terdapat
pada pan dapat digunakan untuk membuat saus atau gravy. Teknik olah braising
akan menghasilkan cairan masakan dari campuran berbagai flavor makanan yang dimasak
(Tropp, 1996).
Braising bertujuan untuk
melunakkan bagian jaringan ikat dan kolagen daging yang sulit dipotong agar
menjadi lebih mudah dipotong. Jumlah cairan yang digunakan untuk braising lebih
banyak dari jumlah cairan yang digunakan untuk teknik stewing.. Waktu memasak
lebih lama dengan panas yang lebih rendah dari proses simmering. Swissing,
stewing dan pot-roasting merupakan tipe-tipe memasak yang sejenis dengan
braising.
6.
Stewing
Stew merupakan teknik pengolahan bahan makanan padat yang
dimasak dalam air atau berbasis cairan, serupa dengan simmering dan kemudian
disajikan tanpa dikeringkan. Bahan makanan yang dimasak dengan stew merupakan
kombinasi berbagai jenis bahan makanan nabati dan hewani. Satu resep masakan
stew misalnya menggunakan bahan-bahan seperti buncis dan brokoli, buah (cabe,
tomat) daging, ayam, sosis, dan seafood. Air yang umum digunakan sebagai cairan
memasak stew adalah wine, kaldu dan beer. Bumbu-bumbu dan penyedap rasa
ditambahkan selama proses memasak berlangsung. Suhu perapian relatif rendah
pada temperatur simmered bukan boiled agar flavor bahan makanan menyatu.
Masakan Cina banyak yang menggunakan teknik ini stewing.
Jarak antara stew, soup, dan
casserole sangat dekat. Bahan-bahan stew dapat dipotong dalam ukuran lebih
besar dari pada soup dan dipertahankan agar mengeluarkan flavor
sendiri-sendiri. Stew mempunyai cairan yang lebih kental dari pada soup dan
lebih banyak cairan dari pada casserole. Stew cocok dimakan sebagai main
course sedangkan soup sebagai pembuka makan. Stew dapat dimasak pada pan
atau oven, casseroles selalu dimasak dalam oven sedangkan soups selalu dimasak
dalam panci/stovetop.
Bahan makanan yang dimasak
dengan teknik stew menjadi lebih matang dan mengeluarkan cairan, Kekentalan
cairan stew dapat diatur dengan menambah tepung yang dicairkan ke dalam stew
tersebut pada akhir proses memasak atau memberi lapisan tepung pada bahan
hewani sebelum dimasak. Tepung yang digunakan sebagai pengental adalah tepung
maizena (jagung) atau tepung tapioka (singkong).
7.
Pressure cooking
Pressure
cooking adalah metode memasak dalam
panci yang ditutup rapat dan terkunci sehingga tidak ada udara atau cairan yang
dapat keluar. Titik didih air meningkat seiring dengan peningkatan tekanan
udara di dalam panci. Tekanan memenuhi ruang alat perebus sampai panas melebihi
titik didih 100°C. Pressure cookers memiliki beberapa nama lain.
Pada awalnya pressure
cooker dinamakan steam digester, yang diberikan oleh Denis Papin,
seorang ahli ilmu fisika dari Perancis pada tahun 1679. Pressure cookers bermuatan
besar sering dinamakan pressure canners, yang digunakan dalam industri
pengalengan (canning) makanan. Pressure cooker yang digunakan di
laboratorium dan rumah sakit dinamakan alat sterilisasi atau diketahui dengan
nama autoclave. Dalam industri makanan, pressure cookers sering
dinamakan sebagai retorts.
Teknologi memasak dengan alat
yang mempunyai tekanan tinggi dapat menyingkat waktu perebusan dan bahan
makanan yang direbus menjadi lebih lunak. Menggunakan press cooker harus
berhati-hati, karena apabila tutup pressure cooker dibuka pada saat
proses pemanasan, tutupnya bisa terpental ke luar dengan kekuatan yang tinggi.
Membuka pressure cooker harus dilakukan setelah pressure cooker tersebut
dalam keadaan dingin atau hangat, atau setelah uap air turun dan tidak
bertekanan lagi.
8.
Steam
Steam adalah proses memasak lembab/basah, dengan panas
dari uap air atau dikenal dengan istilah mengukus. Alat pengukus (steamer)
terdiri dari beberapa panci yang disusun ke atas secara berlapis-lapis. Panci
paling bawah berisi air yang direbus. Panci yang disusun di atasnya berlubang
untuk memberi kesempatan uap air masuk melalui lubang-lubang tersebut. Makanan
yang dikukus tidak bersentuhan dengan air. Hal ini dilakukan untuk menjaga zat
gizi agar tidak banyak yang hilang dan menjaga tekstur makanan supaya lebih
bagus. Apabila proses pengukusan dilakukan dalam waktu lama, periksa jumlah air
perebus yang berada pada panci lapisan paling bawah jangan sampai habis.
Teknik steaming banyak
digunakan dalam proses pembuatan kue dan lauk pauk. Proses pematangan kue yang
menggunakan teknik steaming bertujuan agar kue mengembang, permukaan kue tidak
berubah bentuk, dan tidak ada penambahan cairan pada bahan makanan yang
dikukus. Proses pematangan lauk pauk menggunakan teknik steaming bertujuan
untuk mempertahankan rasa asli makanan dan bumbu-bumbunya. Teknik steaming ini
sangat baik untuk diet rendah lemak, karena proses pematangan masakan dengan
teknik ini dapat dilakukan tanpa penambahan lemak sedikitpun.
2.2.2
Memasak
dengan Konduksi dan Konveksi Minyak
1.
Menggoreng (frying).
Frying adalah metode memasak makanan dalam minyak atau
lemak. Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah sama, perbedaanya hanya terletak
pada titik leleh. Istilah minyak digunakan untuk jenis lemak yang cair pada
suhu ruang sedangkan lemak digunakan untuk lemak yang padat pada suhu ruang.
Lemak yang digunakan untuk memasak pada umumnya diambil dari minyak kelapa
sawit yang telah mengalami hidrogenasi sehingga menjadi padat seperti
margarine. Butter merupakan jenis lemak padat yang diambil dari lemak susu hewan.
Secara komersil, beberapa lemak sering dipertukarkan dengan minyak seperti
minyak palm dan minyak kelapa sawit.
Suhu pemanasan lemak lebih
tinggi daripada air pada tekanan atmosfer yang normal. Suhu penggorengan yang
baik antara 175°C sampai 190°C tergantung pada kekentalan dan tipe makanan yang
digoreng. Suhu yang tinggi menyebabkan makanan yang digoreng dapat matang lebih
cepat, memiliki tekstur dan kerenyahan khusus. Perubahan warna terjadi pada
saat penggorengan akibat karbonisasi permukaan makanan dan karamelisasi
karbohidrat (gula) sehingga makanan yang digoreng memiliki warna kuning
keemasan setelah matang.
Teknik menggoreng bervariasi
tergantung pada jumlah lemak yang digunakan, lama waktu memasak, tipe alat
penggoreng (wajan) yang digunakan dan manipulasi dari bahan makanan itu
sendiri. Dari bermacam-macam variasi tersebut kemudian muncul istilah baku
tentang teknik menggoreng seperti sautéing, stir frying, pan frying, shallow
frying, dan deep frying.
2.
Sauteing
Sauteing adalah
metode memasak makanan dengan menggunakan sedikit minyak atau lemak yang hanya
menempel pada permukaan wajan atau alat pemanas seperti wajan dadar (frying
pan), wajan, atau sauteuse. Jenis minyak atau lemak yang dapat
digunakan dalam proses sauteing antara lain minyak zaitun, butter atau
margarin. Lemak dipanaskan dengan panas yang relatif tinggi sehingga proses
memasak makanan dapat berlangsung secara cepat. Proses ini bertujuan agar
permukaan bahan makanan mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan dan
menambah aroma. Makanan yang di saute diselesaikan dengan saus yang dibuat dari
sisa cairan saute yang menempel di wajan.
Lemak yang dianjurkan dalam
proses sauteing adalah menggunakan butter/margarine. Selama proses pemanasan
lemak tersebut akan tercium aroma lezat sehingga aroma ini sangat baik apabila
digunakan untuk melapisi makanan. Saute dapat dilakukan untuk memasak sayuran
atau steak. Makanan yang disaute dapat dimasak setengah matang atau tidak harus
matang penuh. Makanan yang dimasak dengan teknik sauteing sebaiknya
telah di marinated (direndam dalam bumbu), biar makanan cepat matang dan bumbu
telah meresap.
Prosedur memasak dengan teknik
sauteing:
a. Panaskan wajan sampai panas, baru ditambah lemak.
b. Ketika lemak mulai berdesir, masukkan bahan yang akan
di sauté, contoh di atas menggunakan dada ayam. Masakan yang disaute tidak
boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan banyak cairan yang dikeluarkan
dari bahan makanan yang disaute. Makanan yang di saute memiliki karakteristik
permukaan makanan berwarna coklat, apabila cairan banyak dikeluarkan dari bahan
makanan yang di saute nanti dapat menyebabkan permukaan makanan tidak berwarna
coklat sehingga seperti hasil olahan dengan teknik rebus.
c. Setelah makanan di saute, ambil makanan dari pan
kemudian ambil sisa minyak di permukaan wajan dengan sendok.
d. Setelah lemak terambil, pada wajan masih tersisa
karamel bahan dan bumbu dimasak. Tambahkan cairan (kaldu atau wine) dan
panaskan sampai hangat untuk membuat glazing. Cairan ini dapat diproses lebih
lanjut untuk membuat saus
Untuk membuat saute, sebaiknya digunakan hot pan atau saute
pan khusus untuk sauteing, yang mempunyai dasar luas dan sisi rendah
(seperti wajan dadar). Sauté pan yang baik adalah yang dapat diputar dan
bertangkai sehingga bahan makanan bisa dibalik tanpa spatula, diangkat pada
saat sedang di masak dan api masih menyala secara cepat. Teknik tossing
(mengayun- ayunkan) merupakan cara yang sering dilakukan dalam teknik sautéing.
Pegangan pan sauteing harus kuat agar pada saat pan diayunkan tangkai pan tidak
terlepas.
Makanan yang dimasak dengan
teknik sauté dihamparkan ke seluruh lemak panas yang berada di pan. Sisi
makanan yang telah mulai mencoklat kemudian dibalik sampai ke dua sisinya
berwarna sama. Untuk menjamin warna makanan menjadi coklat mengkilap tanpa
menyerap lemak berlebihan, sautéing dilakukan dalam cairan yang dikeluarkan
dari bahannya itu sendiri. Makanan yang dimasak dengan teknik sautéing relative
kering, dan sebaiknya disajikan dalam keadaan hangat disertai dengan saus dari
glaze sisa sauteing.
3.
Stir frying
Stir frying merupakan
metode menggoreng cepat pada temperatur yang sangat tinggi. Stir frying
menggunakan sedikit minyak dengan alat wajan yang agak dalam. Istilah stir
menunjukkan bahwa makanan harus di stir (digerakkan, atau dibolak - balik)
secara terus menerus untuk mencegah makanan itu gosong pada salah satu sisinya
atau agar seluruh permukaan makanan matang. Stir frying merupakan teknik
memasak yang banyak digunakan pada masakan China.
Lemak yang digunakan untuk memasak sebaiknya lemak
yang mempunyai titik asap tinggi. Wajan harus sudah sangat panas sebelum lemak
ditambahkan. Stir-frying merupakan metode memasak yang sangat cepat, oleh sebab
itu bahan-bahan harus sudah dipotong-potong dan siap dimasak. Bahan makanan
dimasukkan sesuai urutan dari yang proses matangnya lama ke cepat yaitu
dimulai dari bahan makanan hewani, sayur bertekstur keras kemudian sayur dari
daun-daunan yang cepat matang. Setelah proses memasak hampir selesai baru
ditambah penambah rasa dan pengental.
Makanan yang diolah dengan
teknik stir frying, dibolak balik sangat cepat dengan menggunakan sendok kayu
atau soled. Beberapa chefs ada yang membuat minyak sampai menyala atau
menambahkan wine untuk mendukung aroma ekstra dari makanan. Dengan metode ini,
beberapa makanan dapat dimasak sangat cepat dalam hitungan menit. Beberapa
jenis bahan makanan ada yang perlu waktu memasak lebih lama dengan menambah
sedikit air atau kaldu setelah di stir kemudian wajan ditutup dengan
penutupnya. Dalam kasus ini, makanan yang dimasak pada suhu tinggi dan diuapkan
dapat matang secara penuh.
4.
Shallow Frying
Shallow frying adalah
metode memasak makanan dalam jumlah sedikit, dengan lemak atau minyak yang
dipanaskan terlebih dahulu dalam pan dangkal (shallow pan) atau ceper. Jumlah
lemak yang digunakan untuk menggoreng hanya sedikit yaitu dapat merendam
sekitar 1/3 bagian makanan yang digoreng. Metode memasak yang menggunakan wajan
datar tidak hanya shallow frying tetapi masih ada tiga metode lainnya yang
serupa yaitu: saute, griddle, dan strir fry.
Shallow
frying merupakan metode memasak yang
lebih lambat dari stir frying. Memasak dengan teknik shallow frying dilakukan dengan cara, menggoreng makanan dengan
sedikit minyak dalam wajan datar. Sisi makanan yang telah berwarna kecoklatan
kemudian dibalik hingga kedua sisinya matang dengan sempurna. Sauté memasak
potongan daging atau ayam sampai masak dalam sauté atau pan penggoreng. Setelah
selesai masak, lemak dibuang dan pan dituangi dengan kaldu atau wine (deglazed)
untuk membuat saus. Hasil masakan yang disaute diselesaikan dengan saus. Saute
juga dikombinasikan dengan metode memasak lain, misalnya pada saat menumis
bawang Bombay, bawang tersebut disaute sampai berwarna coklat keemasan. Griddle
juga merupakan metode memasak yang dilakukan dalam pan datar. Makanan yang
dimasak dengan metode ini misalnya hamburgers, dimana ketika membuatnya, bahan
burger tersebut ditempatkan pada plate (wajan datar) yang telah diisi sedikit
minyak kemudian dipanaskan dahulu. Selama proses memasak, burger dibolak –
balik. Stir fry merupakan metode memasak dengan cara menggoreng cepat
bahan makanan dalam wajan atau pan penggoreng yang telah diberi sedikit lemak
atau minyak.
Pemanasan lemak sangat penting
dalam metode shallow frying, karena apabila lemak belum panas, makanan yang
digoreng dengan cara ini kurang bagus dan lemak akan terserap oleh makanan.
Apabila lemak terlalu panas, hal ini juga dapat menyebabkan asap dan sisi luar
masakan menjadi terbakar (gosong). Shallow frying adalah metode yang ideal
untuk produk makanan yang cepat masak, berukuran kecil dan memerlukan waktu
memasak yang singkat seperti: membuat steak, menggoreng fillet daging, ikan,
ayam, ikan utuh yang berukuran kecil atau sedang, sosis, sayuran dan omelettes
telur.
5.
Deep Frying
Deep-frying,
adalah metode menggoreng dengan minyak berjumlah banyak sehingga semua bagian
makanan yang digoreng terendam di dalam minyak panas. Deep frying diklasifikasikan
ke dalam metode memasak kering sebab tidak ada air yang digunakan dalam proses
memasak tersebut. Deep-frying banyak digunakan untuk mendapatkan hasil
penggorengan yang optimal.
Deep frying secara meluas telah banyak digunakan oleh industri
pangan dengan menggunakan alat yang lebih canggih yaitu pressure fryer atau
vacuum fryer. Makanan yang digoreng dengan cara deep frying,
telah menjadi kegemaran masyarakat untuk semua kelompok umur. Selain prosesnya
cepat, metode ini juga dapat dilakukan secara terus menerus untuk memasak
makanan dalam jumlah banyak. Dalam keadaan darurat, makanan yang digoreng dengan
teknik deep frying cukup aman dikonsumsi karena bakteri telah mati pada
suhu panas. Makanan yang telah digoreng menjadi lebih steril dan kering
sehingga masa simpan atau masa tenggang waktu makanan sebelum dimakan menjadi
lebih lama.
Deep fryer (alat penggoreng yang menggunakan minyak banyak)
dilengkapi dengan keranjang penyaring makanan. Apabila makanan yang digoreng
telah matang, keranjang tersebut tinggal diangkat maka semua isi makanan yang
sudah digoreng dapat diambil. Menggoreng makanan dengan teknik deep frying tidak
perlu di balik karena semua bahan telah tercelup dalam minyak dan dijamin
matang dengan merata. Makanan yang telah diangkat akan segera kering dengan
cara ditiriskan.
Deep-frying tidak menyebabkan makanan berminyak sebab kelembaban dalam
makanan telah diserap oleh minyak panas. Minyak panas menyerap air yang berada
di dalam makanan, sepanjang minyak dipanaskan dalam suhu yang cukup dan makanan
tidak terendam dalam minyak dingin dalam waktu lama. Minyak akan menetes ke
luar dari permukaan makanan dengan mudah apabila suhu minyak panas. Apabila
makanan digoreng dalam minyak untuk waktu lama, maka kandungan air dalam
makanan tersebut akan berkurang dan minyak mulai masuk ke dalam makanan.
6.
Pan Frying
Pan frying termasuk teknik memasak dengan menggunakan minyak
goreng, tetapi minyak yang digunakan lebih sedikit daripada deep frying.
Istilah pan frying lebih tepat diterapkan pada teknik menggoreng yang
menggunakan pan (pan penggoreng). Sebagai salah satu teknik penggorengan, pan
frying menggunakan penghantar panas sedang. Metode penggorengan ini bertujuan
mempertahankan kelembaban makanan. Kelembaban makanan berkurang (dapat atau
tidak diinginkan) pada saat makanan digoreng. Bila makanan yang digoreng
diharapkan lebih lembab, maka perlu mengkombinasikan jumlah minyak goreng yang
digunakan sedikit, panas perapian sedang. Apabila makanan yang diharapkan lebih
kering maka panas perapian dapat diperbesar. Makanan yang digoreng harus
dibalik agar ke dua sisinya matang.
Keuntungan menggunakan pan frying
adalah lebih praktis, minyak yang diperlukan lebih sedikit sehingga
waktu pemanasan minyak lebih pendek. Kelemahan menggunakan sedikit minyak dalam
metode pan frying adalah lebih sulit mengatur suhu minyak. Kehilangan
kelembaban dan peningkatan pencoklatan dapat memberi manfaat atau merugikan
tergantung pada bahan yang dimasak dan persiapannya. Hal ini dapat membantu
pemilihan metode memasak untuk menggunakan pan frying atau deep
frying. Secara umum, pan frying lebih tepat digunakan apabila jumlah makanan
yang dimasak berjumlah sedikit dan bahan makanan berukuran kecil. Penggunaan deep
pan dengan minyak berjumlah sedikit dapat menurunkan percikan dan
meningkatkan kelembaban di sekitar makanan yang dimasak.
2.2.3
Memasak
dengan Panas Kering (dry heat)
1.
Baking
Baking merupakan teknik memasak makanan dengan panas kering
oleh konveksi (penghantar) uap udara panas di dalam oven. Beberapa oven
domestik menggunakan dua elemen pemanas, yaitu satu berada di bawah untuk
baking dan satu berada di atas untuk broiling. Energi panas di dalam oven tidak
menyentuh bahan makanan secara langsung tetapi melalui udara panas yang
dialirkan dari celah-celah/lubang oven. Oven dapat dipanaskan dengan api,
aliran listrik dan gelombang elektromagnetik (microwave oven). Makanan yang
dipanggang dalam oven mendapat panas secara tidak langsung dari udara panas
yang dialirkan di dalam oven. Baking umum digunakan dalam pembuatan roti, cakes, pastries, pie, tarts, dan quiches.
Dinding oven tradisional
terbuat dari aluminiun atau stainless stell yang dibuat berlapis sehingga
terdapat rongga ditengahnya. Oven tradisional menampung panas dari perapian,
kemudian dialirkan ke atas melalui rongga yang berada pada dinding oven.
Dinding oven tersebut dibuat berlubang pada bagian bawah dan atas supaya udara
panas dapat dialirkan ke seluruh ruangan dalam oven. Variasi oven, bahan-bahan
dan resep yang terlibat dalam proses pemanggangan menghasilkan makanan yang
sangat bervariasi. Baking menggunakan panas bagian bawah sedangkan broiling
menggunakan aliran panas dari bagian atas. Broiling umum digunakan untuk
memanggang ayam, roasting lebih sering diterapkan untuk memanggang daging dan
baking umum digunakan untuk memanggang roti. Di dapur profesional, broiling
sering menggunakan salamander yang bentuknya lebih kecil, dan dapat digunakan
untuk mengakhiri proses memasak seperti karamelisasi gula pada Creme brulee.
Panas kering pada teknik
baking merubah struktur tepung (starches) dalam makanan dan menyebabkan
permukaan makanan menjadi coklat. Browning (pencoklatan) terjadi akibat
karamelisasi gula/tepung dan reaksi maillard. Permukaan makanan yang dipanggang
akan kering dan mengeras, hal ini diperlukan untuk menjaga kelembaban makanan
yang berada di dalamnya. Apabila suhu oven terlalu tinggi dapat menyebabkan
bagian permukaan makanan gosong dan mengeras tetapi bagian dalam makanan masih
mentah. Sebaliknya, apabila suhu oven terlalu rendah dapat menyebabkan kue yang
seharusnya mengembang tidak dapat mengembang secara sempurna.
Kelembaban tidak selamanya
diperlukan dalam makanan. Beberapa jenis bahan makanan ada yang sengaja
dikeringkan melalui proses pemanggangan. Pengeringan melalui oven dilakukan
untuk herbs (bumbu-bumbu dari daun), kue-kue kering atau buah-buahan yang akan
diawetkan melalui pengeringan buatan (artificial drying). Beberapa makanan yang
dipanggang ada yang sengaja diberi pelembab dengan menempatkan sejumlah air
atau kaldu disekitarnya selama proses pemanggangan. Proses ini secara umum
dinamakan braising. Makanan yang di brais ditempatkan di dalam pan tertutup.
Selama proses pemanggangan, di dalam pan akan terdapat uap air yang bekerja
untuk mematangkan dan melunakkan bahan makanan.
Hasil baking yang berujud roti
manis, tawar memiliki masa simpan terbatas. Roti tawar lama kelamaan dapat
menjadi keras dan mengering yang menunjukkan bahwa roti tersebut mendekati
basi. Pelembab roti sedikit – demi sedikit berkurang. Hal ini terjadi karena
ada reorganisasi air dan tepung yang berasosiasi dengan lama waktu. Proses ini
mirip dengan rekristalisasi gula. Agar roti dapat bertahan lebih lama maka
disarankan agar menyimpan roti pada suhu dingin ber AC.
2.
Grilling
Grilling adalah bentuk memasak makanan yang melibatkan panas
langsung. Sumber panas yang dapat digunakan untuk griling ada tiga yaitu arang
kayu, listrik dan gas. Sumber panas grilling berada di bawah makanan sedangkan
broiling di atas makanan. Kata grill berasal dari grid of wire
(panggangan kawat) yang disiapkan untuk membakar makanan. Bahan-bahan yang
dimasak dengan grilling ditempatkan ± 10 cm di atas sumber panas langsung. Lama
pembakaran tergantung pada besar potongan bahan. Makanan yang dimatangkan hanya
dengan teknik grilling terbatas pada makanan yang bentuk dan potongannya
kecil-kecil supaya semua bagian dalam makanan teraliri panas dan matang.
Contoh :
Di negara Inggris dan negara-negara persemakmurannya,
grilling secara umum mengacu pada proses memasak makanan yang langsung
berhubungan dengan sumber panas (api) dan panas kering. Di Amerika utara,
proses ini lebih dikenal dengan istilah broiling. Oven elektrik biasanya
dilengkapi dengan grilling dengan menempatkan makanan di dekat elemen pemanas.
Grilling dengan oven elektrik dapat menyebabkan asap mengepul dari makanan yang
sedang dibakar ke sekitar oven dan menyebabkan percikan-percikan. Oven gas pada
umumnya memiliki komponen grilling yang terpisah dengan komponen baking.
Barbecuing merupakan teknik
memasak di luar ruangan yang sangat terkenal. Barbecueing (BBQ) termasuk teknik
grilling yang dapat menggunakan panas langsung atau dengan panas tidak langsung
yaitu melalui teknik membakar (grilling) atau mengasap (smooking). Proses
pembakaran (grilling) berlangsung lebih cepat karena makanan yang dibakar
berdekatan dengan sumber api tetapi makanan yang diasap, proses matangnya
berjalan lambat karena bahan makanan mempunyai jarak dengan sumber panas.
Grilling digunakan untuk memasak makanan yang bentuk dan ukurannya kecil
sedangkan smooking digunakan untuk memasak makanan yang berukuran lebih besar.
BBQ smoking berjalan lambat supaya flavor asap dapat masuk lebih dalam ke
makanan yang diasap. Untuk mendapat flavor asap tanpa proses pengasapan, bahan
makanan yang akan dibakar dapat direndam dalam asap cair (propane). Grilling
dapat juga dilakukan dengan menggunakan "grill pans," yang dilapisi
dengan metal, dan makanan yang akan dibakar dapat ditaruh langsung di atas
permukaan pan.
3.
Roasting
Roasting adalah metode memasak dengan menggunakan panas
kering, dari nyala api yang terbuka, oven atau sumber panas lain. Sejak abad
19, roasting dengan pemanasan kering di dalam oven dinamakan baking. Secara
tradisional, roasting termasuk metode baking. Makanan yang dimasak dengan
teknik roasting ditempatkan pada rak, pan atau ditusukkan pada batang stainless
steel yang dapat diputar (rotasi). Selama proses roasting, udara panas di oven
dialirkan ke seputar daging dari semua sisi (atas, bawah dan samping). Grilling
berbeda dengan roasting karena bahan makanan yang digrilling selalu direndam
dalam bumbu dan dibakar langsung di atas sumber panas. Smoking juga berbeda
dengan roasting sebab suhu yang digunakan lebih rendah dan selalu menggunakan
asap (smoke) baik panas maupun cair yang menimbulkan aroma khas.
Selama proses roasting akan
terjadi karamelisasi pada permukaan makanan untuk memberi flavor yang
diinginkan. Makanan yang dipanggang dengan teknik roasting selalu diolesi
dengan butter/margarine supaya tidak kehilangan kelembaban makanan atau makanan
tidak kering. Daging yang sangat berlemak seperti babi tidak perlu dioles
dengan butter/margarine karena bagian kulit cukup tebal dan selalu mengeluarkan
minyak apabila dipanaskan. Secara umum, roasting diterapkan untuk memasak ayam
utuh atau kambing utuh seperti kambing guling. Untuk ukuran bahan makanan besar
seperti kambing, diperlukan waktu yang lebih lama supaya bagian dalam kambing
tersebut bisa matang.
Roasting dapat menggunakan
suhu rendah, suhu tinggi atau kombinasi antara suhu rendah dan suhu tinggi
disesuaikan dengan keadaan yang diinginkan. Kombinasi suhu tinggi dan suhu
rendah dilakukan pada awal dan akhir proses memasak. Pada awal memasak, oven
dipanaskan dahulu (preheating) dengan
suhu tinggi untuk menutup permukaan daging agar mencegah kehilangan cairan, dan
pada saat yang sama juga diperlukan teknik karamelisasi permukaan. Setelah
10-20 menit, suhu diturunkan dan dilanjutkan dengan roasting sampai matang.
Kebanyakan memasak dengan suhu
rendah digunakan untuk memperoleh warna masakan yang coklat keemasan dan
memelihara kelembaban makanan sedangkan memasak dengan panas tinggi apabila
menginginkan permukaan makanan menjadi keras dan berkaramel.
Memasak dengan suhu tinggi
(>4000F) dapat menyebabkan cairan yang berada di dalam makanan tidak banyak
yang hilang. Cairan yang berada di dalam tertahan oleh lapisan makanan yang
sudah mengeras dan berkaramel. Apabila ukuran makanan besar, proses memasak ini
dapat menyebabkan case hardening atau kasus di mana lapisan luar makanan
sudah gosong tetapi bagian dalamnya masih mentah karena panas tidak dapat
menembus sampai ke dalam. Memasak dengan suhu tinggi lebih tepat digunakan apabila
bentuk dan ukuran makanan yang di masak kecil seperti fillet ikan. Bahan yang
dimasak dengan suhu tinggi berjumlah sedikit supaya proses memasak cepat
selesai dan sari-sari makanan yang berada di dalam bahan tidak banyak yang
keluar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Memasak (cooking) adalah suatu
proses penerapan panas pada bahan makanan dengan tujuan tertentu. Dengan
demikian proses memasak hanya berlangsung selama panas mengenai atau dierapkan
pada suatu bahan makanan.
·
Resep baku dihasilkan dari pengukuran
bahan yang telah diteliti proporsinya secara berulang-ulang. Hal ini menandakan
bahwa siapapun yang mengolah makanan dari resep yang sudah dibakukan akan
menghasilkan kualitas masakan yang sama karena bahan, alat dan prosedur
pembuatan yang digunakan sama. Proporsi bahan yang telah diukur dan ditimbang
dengan seimbang dapat menghasilkan masakan yang pas, baik tekstur maupun
kelezatannya.
·
Alat penimbang yang mempunyai kapasitas
kecil pada umumnya mempunyai ketelitian sampai 10 gram. Alat penimbang yang
berkapasitas lebih besar, menunjukkan ketelitian paling kecil 100 gram. Pada
saat ini telah terdapat berbagai macam alat penimbang digital yang mempunyai
ketelitian lebih kecil lagi.
·
Ada
beberapa teknik pemasaran, yaitu:
1.
Memasak
dengan Konveksi Air
2.
Memasak dengan
Konduksi dan Konveksi Minyak
3.
Memasak dengan
Panas Kering (dry heat)
3.2 Saran
Adapun yang dapat kami sarankan, dengan cara memasak bahan
makanan atau bahan pangan
merupakan salah satu cara untuk menyajikan makanan dengan berbagai cara yang
berbeda. Namun, ada
baiknya apabila setiap bahan
makanan yang akan kita masak sebaiknya dilakukan juga pengukuran bahan makanan
agar komposisi yang digunakan sesuai dengan takaran dan Proporsi bahan
yang telah diukur dan ditimbang dengan seimbang dapat menghasilkan masakan yang
pas, baik tekstur maupun kelezatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Siregar
Rohanta, Nilawati Nurul, dkk. Gizi Kuliner Dasar.
Penerbit Buku Kedokteran.
Endang Mulyatiningsih, Teknik-Teknik
Dasar Memasak. Fakultas
Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar