BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Makanan
fermentasi merupakan salah jenis makanan tertua dan telah menjadi makanan
hampir semua bangsa selama ribuan tahun. Saat ini makanan fermentasi menjadi
sektor utama dari industri pengolahan makanan, seperti produk sereal
fermentasi, minuman beralkohol, produk susu fermentasi, dan produk kedelai
diantara banyak lainnya. Mikoprotein juga telah dikembangkan sebagai pengganti
daging.
Selama
fermentasi bahan pangan, langkah terkendali dari pemilihan mikroorganisme
dipakai untuk mengubah tekstur bahan pangan, mengawetkan bahan pangan dengan
produksi asam atau alkohol, untuk menghasilkan flavor dan aroma yang hampir
tidak kentara yang meningkatkan mutu dan nilai bahan baku. Efek pengawetan
dilengkapi dengan satuan operasi lainnya (misalnya pasteurisasi, pendinginan
atau pengemasan dengan udara termodifikasi). Efek kombinasi merupakan contoh
teknologi yang mengatasi banyak rintangan.
Teknologi fermentasi memiliki cakupan yang luas, yaitu mulai dari
teknik produksi makanan fermentasi, minuman beralkohol, produksi biomassa
(inokulum, protein sel tunggal), produksi asam-asam organik, asam-asam amino,
enzim, vitamin, antibiotika dan sebagainya sampai pada tehnik penangan limbah.
Setiap proses fermentasi mendayagunakan aktivitas metabolisme suatu mikroba
tertentu atau campuran dari beberapa mikroba. Dari sudut industri, mikroba
merupakan pabrik kimia yang mengubah bahan baku menjadi berbagai jenis produk.
Industri fermentasi modern mendayagunakan teknologi mutakhir berdasarkan ilmu
keteknikan yang maju dan pengetahuan yang mendalam mengenai biokimia dan
aktivitas metabolisme mikroba.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian fermentasi?
2. Bagaimana klasifikasi produk
fermentasi pangan?
3. Apa saja keuntungan utama teknologi
fermentasi
makanan?
4. Bagaimana fermentor teknologi fermentasi makanan?
5. Bagaimana tahapan proses fermentasi makanan?
6. Apa saja pengaruh tegnologi fermentasi terhadap bahan pangan?
1.3 TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dapat menjelaskan pengertian fermentasi
2. Dapat menjelaskan klasifikasi produk
fermentasi pangan
3. Dapat mengetahui keuntungan utama teknologi
fermentasi
makanan
4. Dapat mengetahui fermentor teknologi
fermentasi makanan
5. Dapat menjelaskan tahapan proses
fermentasi makanan
6. Dapat mengetahui pengaruh tegnologi fermentasi terhadap bahan pangan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fermentasi
Fermentasi
berasal dari bahasa latin ferfere yang artinya mendidihkan, yaitu berdasarkan
ilmu kimia terbentuknya gas-gas dari suatu cairan kimia yang pengertiaanya
berada dengan air mendidih. Gas yang terbentuk tersebbut di antaranya
karbondioksidan (CO2). Penemuan cara fermentasi ini diawali dengan pembuatan
bir sekitar 6000 tahun sebelum masehi. Selain itu pembuatan roti dengan bantuan
khamir atau ragi sekitar 4000 tahun sebelum masehi. Pembuatan fermentasi kecap
dan tauco di cina sejak 722 SM. Kira-kira abad ke17 mulai berkembang fermentasi
anggur mengunakan bakteri Acetobacter. Menghasilkan asam asetat (asam cuka).
Lantas tahun 1817, mulai diproduksi enzim pati menjadi gula malthosa
(diastase). Kemudian tahun 1860, suatu enzim dari khamir dapat memecahkan
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
System
pengawetan secara umum adalah menghambat pertumbuhan mikrobia, kenyataan
menunjukan bahwa tidak semua mikrobia merugikan, sebagian di antaranya
digunakan dalam pengawetan pangan. Produksi asam dalam jumlah yang besar oleh
organisme tertentu menciptakan suatu yang kurang memadai bagi yang lain.
Fermentasi
secara teknik sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu proses oksidasi
anaerobic dari karbohidrat dan menghasilkan alcohol serta beberapa asam. Namun
banyak proses fermentasi yang menggunakan substrat protein dan lemak.
2.2 Klasifikasi Produk Fermentasi Pangan
Berdasarkan
pada perubahan yang terjadi pada karbohidrat sebagai akibat dari aktivitas
mikroorganisme, maka produk fermentasi dapat dikelompokkan sebagai proses fermentasi
yang merubah karbohidrat:
(i) menjadi asam-asam organic
(ii) alkohol dan
karbondioksida sebagai komponen utama. Proses fermentasi dikatakan bersifat
homofermentatif jika hanya menghasilkan satu jenis komponen saja sebagai
hasil utamanya; dan heterofermentatif jika megnhasilkan campuran berbagai
senyawa/komponen utama.
Banyak proses
fermentasi yang melibatkan campuran berbagai mikroorganisme atau seri populasi
mikroorganisme yang berbeda sesuai dengan perubahan pH, perubahan ketersediaan substrat
atau pun perubahan lain yang terjadi selama proses fermentasi berlangsung.
Secara komersial, fermentasi asam laktat (fermentasi dengan hasil utama akhir
beruapa asam laktat) dan fermentasi alkohol (fermentasi dengan hasil utama
berupa alkohol dan CO2), merupakan proses fermentasi yang penting.
a.
Fermentasi Asam Laktat
Urut-urutan
jenis bakteri asam laktat pada proses fermentasi ditentukan terutama oleh
toleransinya terhadap asam. Misalnya pada susu, Streptococcus liquifaciens, S.
lactis, dan Streptococcus cremoris akan mengalami penghambatan jika kandungan
asam laktat telah mencapai sekitar 0,7 – 1,0 %. Pada saat itu, bakteri-bakteri
tersebut akan kalah berkompetisi dengan jenis bakteri yang lebih tahan asam;
misalnya Lactobacillus casei(tahan sampai 1,5 –2,0 % asam laktat) dan
Lactobacillus bulgaricus (2,5 –3,0% asam laktat). Demikian juga pada fermentasi
sayur asin, Lactobacilli adalah penghasil asam yang lebih kuat daripada
Streptococci. Diantara empat kelompok bakteri asam laktat, spesies-spesies Streptococcus
dan Pediococcus adalah bersifat homolaktat, Leuconostocsp. Merupakan
heterolaktat, sedangkan Lactobacillussp. Bervariasi tergantung dari strain
masing-masing.
Pada
proses fermentasi bahan pangan yang berasam rendah (misalnya susu dan daging),
inokulum ditambahkan untuk memberikan jumlah mirkroorganisme yang cukup,
sehingga akan mencapai jumlah yang besar dalam jumlah yang lebih singkat
(memperpendek masa fermentasi) dan sekaligus menghambat pertumbuhan bakteri
pathogen dan pembusuk. Pada proses fermentasi yang lain, penambahan inokulum
ini tidak diperlukan karena jumlah mikroorganisme pada flora normal bahan
pangan telah mencukupi untuk menurunkan pH secara cepat, sehingga menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain yang tidak dikehendaki.
1.
Produk Fermentasi
Daging
Sosis
fermentasi (misalnya salami, pepperoni dan bologna) diproduksi dari campuran
daging yang halus, rempah-rempah, garam kiuring (sodium nitrit/nitrat), garam
dan gula. Daging tersebut dimasukkan dalam selongsong sosis (sausage casing),
kemudaian difermentasi dan akhirnya dipasteurisasi pada suhu 65 – 68oC selama
4-8 jam, dikeringkan dan kemudian disimpan pada suhu rendah (4-7oC). Proses ini
menghasilkan produk sosis yang awet.
2.
Produk Fermentasi
Sayur-Sayuran
Produk
fermentasi dari sayur-sayuran yang terkenal adalah acar ketimun, sayur asin dan
lain-lain. Proses fermentasi sayur-sayuran ini sangat sederhana. Setelah
dicuci, ketimun atau sayur-sayuran lain tersebut direndam dalam air garam
(2.5-6% berat/berat) yang akan menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk.
Sekaligus, pada proses ini kontak udara sebisa mungkin dikurangi dengan cara
menutup panci perendam dengan rapat dan air rendaman dibiarkan penuh sehingga
tidak ada ruang udara tersisa. Dengan demikian kondisi fermentasi dapat bersifat
anerobik. Dengan cara ini, secara alami akan menyebabkan pertumbuhan
bakteri-bakteri asam laktat secara bergiliran sesuai dengan nilai pH. Pada
kondisi tersebut (relatif anaerobik) akan terbentuk asam laktat sekitar 1%.
Sedangkan produk
fermentasi dari buah yang terkenal adalah anggur buah.
-
Sayur Asin
Sayur asin merupakan
produk olahan sayuran yang mempunyai rasa khas. Sayur asin dihasilkan dari
proses peragian dengan menggunakan air tajin sebagai bahan pertumbuhan
bakteri.Tujuan pembuatan sayur asin ini untuk memperpanjang daya simpan sayuran
yang mudah busuk dan rusak. Sayurasin ini selain dibuat dari sawi, juga dari
bahan-bahan lain, seperti: genjer, kubis dan lain-lain.
-
Sauerkraut
Sayuran ini diolah
dengan cara peragian dan menggunakan garam sebagai zat pengawetnya. Proses
pembuatannya sebenarnya agak begitu jauh berbeda dengan sayur asin, hanya saja
ukurannya setelah layu diiris tipis-tipis. Tujuan pengolahan ini selain
mengawetkan sayuran juga dapat meningkatkan rasa sayuran itu. Kol atau kubis merupakan
sayuran yang paling umum diolah jadi sauerkraut, karena jenis sayuran ini
banyak ditanam di Indonesia. Selain kubis, sayuran lain yang dapat diolah
menjadi sauerkraut antara lain: sawi, kangkung, genjer, dan lain-lain.
-
Anggur Buah
Anggur buah adalah
jenis minuman saribuah yang dibuat dengan cara peragian. Proses peragian
berlangsung selama 7 – 15 hari. Kandungan gula pada bahan diubah menjadi
alkohol oleh ragi. Ragi tersebut mulai bekerja aktif bila terlihat ada
gelembung-gelembung udara. Pada proses ini, bahan-bahannya harus ditempatkan
dalam botol yang tertutup rapat (tanpa udara). Buah yang biasa dibuat anggur
antar lain: pisang klutuk (biji), ambon, raja, tawi dan jenis pisang lainnya;
serta buah nenas, jambu, apel, mangga, pala, dan lain-lainnya. Namun produk
anggur pisang yang paling baik adalah dari jenis pisang klutuk (pisang biji),
karena buah pisang ini rasanya lebih manis dan baunya lebih harum. Pisang
inipun mudah didapat, karena sering dijumpai tumbuh dipinggir-pinggir sungai
sebagai tanaman liar, dan harganyapun sepertiga lebih murah dari jenis pisang
lainnya.
b.
Fermentasi Alkohol
Produk
fermentasi tradisional seperti tape dan brem merupakan contoh-contoh produk
fermentasi alkohol. Sesuai dengan namanya, fermentasi alkohol akan mengkonversi
pati (karbohidrat) menjadi alkohol sebagai hasil akhir utamanya. Proses Pada
umumnya produk alkohol yang diproduksi adalah etanol, dan karenanya mempunyai
pengaruh pengawetan
1.
Fermentasi Biji-Bijian
Tempe merupakan produk fermentasi dari
biji-bijian
yang cukup banyak dikenal. Tempe mengandung sumber protein nabati yang sangat potensial. Pada
umumnya bahan baku dari tempe adalah kacang kedelai dan produk tersebut dikenal
dengan tempe kedalai. Bahan baku lainnya juga dapat digunakan untuk membuat
tempe, terutama adalah koro benguk (tempe benguk), ampas tahun tempe gembus,
kecipir (tempe kecipir), ampas kelapa (tempe bongkrek) dan lain-lainnya.
2.
Produk Fermentasi Susu
Yoghurt,
yakult dan sejenisnya merupakan produk fermentasi susu. Berdasarkan pada tingkat
keasamannya produk-produk fermentasi susu ini dikelompokkan menjadi 4 jenis,
yaitu:
1)
Berasam rendah; misalnya
susu krim dan susu mentega
2)
Berasam sedang; misalnya
yoghurt, yakult dan susu asidofilus
3)
Berasam tinggi; misalnya
susu bulgarikus
4)
Mengandung campuran asam
dan alkohol, misalnya ketir. Diantara produk-produk fermentasi susu tersebut,
yoghurt merupakan produk yang paling dikenal luas.
Susu
yang digunakan untuk pembuatan yoghurt umumnya susu murni, susu bubuk atau susu
kental. Jika digunakan susu murni biasanya susu dikentalkan sehingga bolumenya
berkurang 15 sampai 20%. Jika yoghurt dibuat dari susu bubuk, maka susu
direkonstitusi (dilarutkan dalam air) dengan konsentrasi 10 – 12%. Pemanis yang
umumnya digunakan adalah sukrosa tetapi bisa juga digunakan sirup jagung atau
madu. Dalam proses pembuatan yoghurt seringkali ditambahkan buah-buahan yang
telah dihaluskan sebanyak 15 – 20%. Proses fermentasi yoghurt dapat dilakukan
pada suhu 37oC selama 24 jam atau pada suhu lebih tinggi yaitu 45oC selama 3-4
jam. Yoghurt yang baik mempunyai nilai total asam 0.90 – 0.95 persen; pH antara
3,8 – 4,6; dapat diambil dengan sendok tanpa meninggalkan cairan (whey),
tekstur lembut dan tanpa butiran atau granula yang kasar. Selam proses
fermentasi yoghurt, bakteri asam laktat akan merubah gula susu (laktosa)
menjadi asam laktat dan asam-asam lain sehingga susu menjadi asam dan mempunyai
citarasa khas.
Kedua
kultur startet untuk pembuatan yoghurt ditumbuhkan secar terpisah dalam susu
skim yang telah direkonstitusi (10%) dan dicampur pada waktu akan dipakai.
2.3
Keuntungan Utama Teknologi Fermentasi Makanan
Keuntungan
utama fermentasi sebagai metode pengolahan makanan adalah:
-
Penggunaan kondisi pH dan suhu dalam
taraf sedang untuk menjaga sifat gizi dan karakteristik sensori bahan pangan.
-
Memperkaya bahan pangan dengan vitamin,
protein, asam amino atau asam lemak esensial, atau detoksifikasi dengan
penghilangan faktor anti-gizi (misalnya fitat, tripsin inhibitot) atau toksin
(misalnya aflatoksin)
-
Produksi bahan pangan yang memiliki
aneka ragam rasa, aroma, tekstur yang tidak dapat dicapai dengan metode lain.
-
Konsumsi enegi yang rendang karena
kondisi operasional pada taraf sedang.
-
Teknologi relatif sederhana dengan biaya
kapital dan operasional rendah.
2.4
Fermentor Teknologi Fermentasi Makanan
Fermentor
adalah tangki atau wadah dimana di dalamnya seluruh sel (mikrobia) mengubah
bahan dasar menjadi produk biokimia dengan atau tanpa produk sampingan, sering
disebut dengan bioreaktor. Fungsi dasar fermentor yaitu menyediakan kondisi
lingkungan yang cocok bagi mikrobia didalamnya untuk menghasilkan biomassa,
enzim, dan metabolit
Syarat fermentor
-
Tangki dapat
dioperasikan secara aseptik, agitasi dan aerasi
-
Energi pengoperasian
serendah mungkin
-
Temperatur harus terkontrol
-
Kontrol pH
-
Tempat pengambilan
sampel
-
Penguapan berlebihan
dihindari
-
Tangki didesain untuk
meminimalkan tenaga kerja pemanenan, pembersihan dan perawatan
-
Peralatan general:
permukaan bagian dalam halus, dihindari banyak sambungan, murah.
Konstruksi Fermentor
-
Bahan fermentor dibuat
tahan karat untuk mencegah kontaminasi logam/ion selama proses
-
Bahan fermentor hrs
tidak beracun & tidak mudah terlarut, sehingga tidak menghambat pertumbuhan
mikrobia
-
Bahan fermentor hrs
kuat utk sterilisasi berulang kali pada tekanan uap tinggi
-
Sistem stirer dari
fermenter & lubang pemasukannya cukup, sehingga tidak mengalami stress
mekanik akibat terlampau rapat
-
Pemeriksaan secara
visual dari medium & kultur harus tersedia, dibuat dari bahan transparan
2.5
Tahapan Proses Fermentasi Makanan
1.
Tahap Pesiapan Medium Fermentasi
Medium yang digunakan adalah medium cair yang terdiri
dari dua macam larutan. Larutan pertama berisi garam garam nutrisi untuk
pertumubuhan ragi, sedangkan larutan kedua adalah substrat yang umumnya berbentuk
larutan glukosa dalam air. Glukosa berperan sebagai sumber karbon dan sumber
energi .
2.
Tahap Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan terhadap bahan dan alat agar
terbebas dari kontaminasi mikroorganisme. Sterilisasi perlu dilakukan karena
kontaminasi mikroba lain akan memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan.
3.
Tahap Penyiapan Inokulum
Setelah seluruh alat dan bahan steril, dilakukan
proses inokulasi Saccharomycess
cereviceace dari biakan murni. Inokulum tersebut dimasukan kedalam campuran
larutan nutrisi dan substrat, yang diambil sebagian dari fermentor dan
dimasukan kedalam wadah tertentu, misalnya labu erlenmeyer atau lainnya.
4.
Tahap Pelaksanaan Fermentasi
Tahap ini di mulai saat inokulumyang telah beradaptasi
dalam medium dimasukan dalam medium difermentor. Pelaksanaan fermentasi
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
-
Nutrisi, substrat, dan inokulan dimasukan kedalam
fermentor yang dilakukan secara aseptis. Nutrisi dimasukan kedalam fermentor
sebelum disterilisasi dalam autoclave. Substrat dan inokulan dimasukan dengan
cara memanaskan mulut inlet dengan kapas yang dibakar kemudian medium dan
inokulun dimasukkan kedalam fermentor.
-
Kemudian dilakukan kecepatan aerasi dan agitasi.
2.6
Pengaruh
Tegnologi Fermentasi
terhadap bahan pangan
Kondisi
sedang yang digunakan pada fermentasi menghasilkan sedikit perubahan yang
mengganggu karakteristik sensori dan mutu gizi yang ditemukan bersama dengan
satuan operasi lainnya. Sesungguhnya fermentasi dapat meningkatkan indicator
mutu bahan pangan, seperti tekstur, aroma, cita rasa, penampilan, gizi dan
keamanan pangan.
-
Karakteristik sensorik
Produk
pangan fermentasi merupakan system yang kompleks dan memiliki enzim dari bahan
baku yang berinteraksi dengan aktifitas metabolik mikroorganisme fermentasi.
Factor-faktor seperti ukuran partikel, suhu dan konsentrasi DO juga memiliki
pengaruh penting pada perubahan biokimia yang terjadi selama fermentasi.
Fermentasi meningkatkan kemampuan untuk dikunyah dan dirasakan serta kemampuan
bahan baku untuk diterima dengan mengandalkan komponen cita rasa dan aroma dan
memodifikasi tekstur bahan pangan. Perubahan cita rasa merupakan proses
kompleks dan secara umum bahan pangan hasil fermentasi jarang didokumentasikan.
Salah satu satu contoh adalah Chaven dan Kadam (1989), yang mengulas tentang
senyawa cita rasa yang terbentuk dalam fermentasi bumbu penyedap dan bumbu
rempah.Cita rasa berubah selama fermentasi.Aroma fermentasi bahan pangan
disebabkan karena ada sejumlah besar komponen kimiawi volatil (misalnya amina,
asam lemak, aldehida, ester dan keton) dan hasil dari interaksi senyawa-senyawa
ini selama fermeentasi dan pematangan. Pada roti, kopi dan cokelat, satuan
operasi pemasakan dan pemanggangan menghasilkan aroma khas. Rasa dan tekstur
bahan pangan fermentasi diubah dengan produksi asam dan termasuk contohmya
adalah pengurangan rasa manis dan peningkatan keasaman karena fermentasi gula
menjadi asam organic. Berikutnya, asam akan mengubah protein susu untuk
menghasilkan karakteristik gel yoghurt atau gumpalan keju. Terdapat peningkatan
rasa asin pada beberapa makanan (acar, kecap, produk ikan dan daging) karena
penambahan garam dan berkurangnya rasa pahit dari beberapa bahan pangan karena
aksi enzim yang dapat menghilangkan rasa pahit. Warna
beberapa bahan pangan fermentasi tetap sama disebabkan karena perlakuan panas
yang minimal dan/atau kisaran pH yang sesuai untuk stabilitas pigmen, perubahan
warna dapat juga terjadi karena pembentukan pigmen coklat oleh aktifitas
proteolitik pada fermentasi daging, degradasi klorofil dan pencoklatan
enzimatis pada acarm.
-
Nilai Gizi
Pertumbuhan
mikroba menyebabkan perubahan kompleks pada nilai gizi bahan pangan fermentasi
oleh adanya perubahan komposisi protein, lemak, dan karbohidrat.Beberapa
mikroorganisme menghidrolisis senyawa polimer untuk menghasilkan substrat untuk
perumbuhan sel, yang dapat meningkatka kemampuan cerna protein dan
polisakarida.Fermentasi sereal meningkatkan nilai gizi dengan peningkatan
jumlah dan kualitas protein (Chavan et al. 1998) dan ketersediaan
lisin.Mikroorganisme juga menggunakan atau mengeluarkan hasil gula, vitamin,
atau asam lemak esensial dan asam amino, dan membuang zat antigizi, toksin
alami dan mikotoksin. Perubahan kandungan vitamin dalam bahan pangan bervariasi
menurut jenis mikroorganisme dan bahan baku yang digunakan namun biasanya
terdapat peningkatan kandungan vitamin B (Chalva dan Kadam 1989). Dan
riboflavin dan niasin mungkin meningkat secara signifikan. Meskipun secara umum
fermentasi tidak mengubah kandungan mineral bahan pangan, hidrolisa sekuestran
(misalnya asam fitat) selama fermentasi akan meningkatkan bioavailabilitasnya.
-
Keamanan Pangan
Fermentasi
menggunakan fungsi dan asam laktat mengurangi aflatoksin B8 dan bakteri asam
laktat menghambat mikroorganisme pathogen dengan menghasilkan bakteriosin.
Kasus-kasus infeksi dikarenakan makanan, atau intoksikasi karena metabolik dari
mikroba seperti mikotoksin, etil karbamat, dan amina biogenic bias terjadi
karena bahan baku yang terkontaminasi, kurangnya pasteurisasi dan kurangnya
pengawasan kondisi fermentasi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
System
pengawetan secara umum adalah menghambat pertumbuhan mikrobia, kenyataan
menunjukan bahwa tidak semua mikrobia merugikan, sebagian di antaranya
digunakan dalam pengawetan pangan. Produksi asam dalam jumlah yang besar oleh
organisme tertentu menciptakan suatu yang kurang memadai bagi yang lain.
Keuntungan
utama fermentasi sebagai metode pengolahan makanan adalah:
-
Penggunaan kondisi pH dan suhu dalam
taraf sedang untuk menjaga sifat gizi dan karakteristik sensori bahan pangan.
-
Memperkaya bahan pangan dengan vitamin,
protein, asam amino atau asam lemak esensial, atau detoksifikasi dengan
penghilangan faktor anti-gizi (misalnya fitat, tripsin inhibitot) atau toksin
(misalnya aflatoksin)
-
Produksi bahan pangan yang memiliki
aneka ragam rasa, aroma, tekstur yang tidak dapat dicapai dengan metode lain.
-
Konsumsi enegi yang rendang karena
kondisi operasional pada taraf sedang.
-
Teknologi relatif sederhana dengan biaya
kapital dan operasional rendah.
Tahapan Proses
Fermentasi Makanan
-
Tahap Pesiapan Medium Fermentasi
-
Tahap Sterilisasi
-
Tahap Penyiapan Inokulum
-
Tahap Pelaksanaan Fermentasi
3.2 SARAN
Diharapkan
kepada pembaca agar memberikan kritikan dan saran yang membangun guna
menyempurnakan makalah ini dan juga untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
kita. Semoga dengan adanya makalah ini bisa berguna untuk kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Fellows, P. 2015. Teknologi Pengolahan Pangan. Ahli Bahasa
Yohanus Kustanta. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Fardiaz. 1992. Mikrobiologi
Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar